• Photo :
        • Ilustrasi Singapura,
        Ilustrasi Singapura

      Merujuk pada kasus farah atau diskriminasi hijab lainnya, Presiden Singapura mengatakan diskriminasi di tempat kerja sangat "mengganggu", karena menghalangi seseorang untuk mencari nafkah.

      “Orang harus dinilai hanya berdasarkan prestasi dan kemampuannya untuk melakukan suatu pekerjaan dan bukan yang lain,” tulis Halimah di Facebooknya, yang menarik lebih dari 500 komentar.

      “Selama periode Covid-19 ini ketika kekhawatiran atas pekerjaan dan mata pencarian semakin besar, insiden diskriminasi memperburuk kecemasan dan orang merasa terancam,” tambahnya.

      Jilbab telah menjadi masalah yang memecah belah umat Islam di seluruh dunia. Banyak wanita Muslim menutupi kepala mereka di depan umum sebagai tanda kesopanan, meskipun yang lain melihatnya sebagai tanda penindasan wanita. 

      Tetapi, aktivis hak perempuan di Singapura, mengatakan mereka ingin perempuan Muslim memiliki kebebasan memilih. Pembatasan semacam itu telah menghambat prospek pekerjaan perempuan, terutama ketika pandemi  telah mendorong Singapura ke dalam resesi dan banyak perusahaan terpaksa gulung tikar, kata mereka.

      “Wanita harus dapat menjalankan agamanya dengan bebas tanpa harus memilih antara memiliki pekerjaan atau menjalankan agamanya,” kata Filzah Sumartono, seorang penulis yang membantu menjalankan Beyond the Hijab, sebuah situs web yang berfokus pada wanita Muslim Singapura.

      "Masalah di Singapura ini hanya dihadapi oleh wanita Muslim, ini adalah kebijakan diskriminatif yang kuat terhadap wanita Muslim," katanya kepada Thomson Reuters Foundation.

      Berita Terkait :

      Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.

  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan