• Photo :
        • Simulasi Penanganan Pasien Positif Covid-19 di Lombok,
        Simulasi Penanganan Pasien Positif Covid-19 di Lombok

      Sahijab – Pasien positif COVID-19 kerap dikucilkan. Banyak yang menjauh dan takut berhubungan dengan pasien. 

      Padahal COVID-19 adalah sakit yang bisa sembuh. Meski menular, tapi angka kesembuhan pasien COVID-19 tetap tinggi.  Tim Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Turro Wongkaren meminta agar masyarakat tak mengucilkan seseorang yang terkonfirmasi positif COVID-19.  

      Menurut Turro, COVID-19 bukanlah kutukan seperti anggapan yang beredar di masyarakat. Maka dari itu, pasien COVID-19 perlu tetap diperhatikan meski tanpa tatap muka dan bersentuhan.

      "Stigma seperti itu harus kita hilangkan. Jangan jauhi atau mengucilkan pasien positif. COVID-19 adalah penyakit, bukan kutukan," ujar Turro dalam kanal YouTube BNPB Indonesia, beberapa waktu lalu.

      Turro menjelaskan bahwa pada dasarnya sifat manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan dukungan. Apalagi, seseorang yang sedang sakit dan tak mendapatkan bantuan dapat memperparah kondisinya.

      "Bayangkan kalau kita sakit, lalu kita kesulitan dapatkan makanan. Lalu keluarga kita tidak boleh keluar. Maka apa yang terjadi pada kita?" kata Turro.

      Berdasarkan data dari survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilakukan pada 7-14 September 2020 terhadap 90.967 responden, terdapat tujuh persen masyarakat yang mengucilkan atau memberikan stigma kepada penderita COVID-19. Justru, kata Turro, masyarakat harus saling bahu membahu dalam meminimalisir penularan.

      "COVID-19 dapat menular kepada siapa saja yang tidak mematuhi protokol kesehatan dengan baik," paparnya.
       

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan