• Photo :
        • Terik matahari di muslim panas,
        Terik matahari di muslim panas

      Sahijab – Awalnya, para peneliti menganggap corona virus tak akan mempan di negara bersuhu hangat dan panas. Tapi, perkembangan kasus di negara-negara Asia Tenggara membuat mereka berpikir ulang.

      Lebih dari 95 persen kasus coronavirus muncul di negara-negara dengan suhu rata-rata antara tiga hingga 13 derajat Celcius. Menurut sebuah laporan yang baru-baru ini diterbitkan oleh para peneliti di Massachusetts Institute of Technology, negara-negara dengan suhu di bawah 0'C dan di atas 21'C terhitung kurang dari 10 persen kasus, kata laporan itu. 

      Di Amerika Serikat, negara-negara di bagian selatan, yang cenderung lebih hangat, menyumbang kurang dari 25 persen kasus, sementara banyak wabah menyebar di negara bagian utara, yang saat ini berada pada suhu antara 0'C dan 15'C.

      Tetapi peningkatan dramatis dalam infeksi coronavirus di Asia Tenggara dalam beberapa hari terakhir telah meningkatkan keraguan atas teori bahwa cuaca yang lebih hangat dapat membendung penyebaran virus, kata para pakar kesehatan.

      Jumlah infeksi baru yang relatif rendah di banyak negara Asia Tenggara telah dikutip sebagai bukti yang mungkin bahwa cuaca yang lebih panas menekan virus, memberikan harapan bagi Eropa dan AS ketika mereka memasuki musim semi.

      Tetapi negara-negara seperti Indonesia, Thailand, Malaysia dan Filipina telah mencatat tingkat infeksi tertinggi dalam beberapa hari terakhir karena pengujian telah meningkat, sebagai tanda faktor musiman mungkin hanya memainkan peran terbatas dalam penyebaran virus corona.

      "Teori suhu tidak benar-benar bertahan mengingat apa yang terjadi sekarang di sebagian besar Asia Tenggara," kata Tikki Pangestu, seorang profesor di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew Singapura, seperti dikutip Sahijab dari Al Jazeera, Sabtu, 21 Maret 2020. 

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan