• Photo :
        • Source : Republika,
        Source : Republika

      Ada satu peristiwa yang menimbulkan trauma mendalam baginya. Pada 1998 berbagai daerah di Tanah Air mengalami letupan-letupan sosial. Banyak orang yang tidak puas dengan kondisi ekonomi sehingga mudah terprovokasi dan menimbulkan kerusuhan. Di Solo, Jawa Tengah, ibunya terjebak dalam sebuah huru-hara. Saat itu, kantor bank tempatnya bekerja sudah terkepung api.

      Pilihannya cuma ada dua, meninggal dibakar atau loncat. Ibu pilih loncat, kata Tirta M Hudhi saat dihubungi Republika.co.id, beberapa waktu lalu. Sejak saat itu, Tirta muda mulai memahami bagaimana kelompok etnis tertentu dapat menjadi sasaran amuk orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ia pun mulai sensitif terhadap isu-isu suku, ras, dan agama (SARA). Pada puncaknya, ateisme menjadi pilihan hidupnya.

      Akibat terpaksa terjun dari lantai dua gedung tinggi, ibunya mengalami cedera cukup parah. Meskipun nyawanya selamat, Tirta mengenang, ibunya kemudian menjadi sakit-sakitan. Akhirnya, dokter memvonisnya mengidap penyakit tumor. Keadaan itu semakin membuat Tirta muda frustrasi. Dirinya kian tidak memercayai kasih sayang Tuhan.

      Selanjutnya Klik disini

      Berita Terkait :

      Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.

  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan