• Photo :
        • Ilustrasi belajar dengan smartphone,
        Ilustrasi belajar dengan smartphone

      Sahijab – Handphone atau smartphone kini menjadi bagian yang seolah-olah tidak terpisahkan dari kehidupan manusia modern. Mulai dari bangun tidur, bekerja, sekolah hingga menjelang tidur kita tidak bisa terlepas dari benda kecil yang bisa digenggam tangan tersebut.

      Bagaimana dua mata pisau, di sisi lain handphone sangat bermanfaat termasuk dalam mempelajari agama Islam lebih dalam. Di sisi lain, handphone bisa menjadi salah satu pintu menuju kemaksiatan yang secara sadar maupun tidak terus kita lakukan.

      Bahkan tidak sedikit silaturahim yang kita lakukan, ujung-ujungnya hanya fokus kepada handphone. Bahkan saat diajak berbicara pun mata kita selalu fokus untuk melihat notifikasi, update hingga hal-hal terbaru yang dibagikan di media sosial yang kita ikuti.

      Baca Juga: Berkah Silaturahim, Menyelesaikan Semua Masalah yang Sulit

      Lalu bagaimana islam memandang hal tersebut? Terutama jika ada seseorang yang mengajak berbicara kepada kita. Menurut pendapat Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: 

      إذا جالست فكن على أن تسمع أحرص منك على أن تقول , و تعلم حسن الاستماع كما تتعلم حسن القول , و لا تقطع على أحد حديثه 

      Artinya: "Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya engkau bersemangat mendengar melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain." (Al-Muntaqa hal. 72)

      Dari pernyataan bisa kita fahami, jika saat ada seseorang berbicara kepada kita alangkah baiknya menjadi pendengar. Dan jangan mengalihkan perhatian kita kepada hal-hal yang lain, termasuk kita khatib sedang khutbah kita pun dilarang untuk bermain-main dengan handphone.

      Sementara itu, Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata: 

      لجليسي عليَّ ثلاثٌ : أن أَرميه بطَرفي إذا أقبل و أن أُوِّسعَ له في الَمجلس إذا جلس , و أن أصغي إليه إذا تحدث 

      Artinya: "Teman dudukku (teman bicara) mempunyai tiga hak yang menjadi kewajibanku:
      1. Aku arahkan pandanganku padanya jika berbicara
      2. Aku luaskan tempat duduknya jika ia akan duduk.
      3. Aku dengarkan seksama jika ia berbicara."

      Baca Juga: Apa Perbedaan Silaturahmi dan Silaturahim dalam Islam?

      Itulah penetinganya bagi umat islam untuk mendengarkan apa yang menjadi pembicaraan seseorang. Apalagi jika pembicaraan yang dilakukan penuh dengan kebaikan, sebagai salah satu sumber ilmu bagi kita.

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan