• Photo :
        • Source : Republika,
        Source : Republika

      REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia pasti memiliki tanda atau bekas pada diri orang yang melakukannya. Terlepas perbuatan tersebut adalah amal saleh yang kemudian memancarkan cahaya (nuraniyah) atau keburukan yang kemudian memancarkan kegelapan dan kezaliman (dzulmah).

      Dalam kitab Tajul Ausy karya Ibnu Athaillah al Sakandari dijelaskan ada manusia yang diberikan karunia oleh Allah SWT dapat membaca, melihat, atau merasakan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dikerjakan orang lain. Maka orang itu disebut sebagai orang yang memiliki firasat

      Pendakwah yang juga pengisi kajian Masjid Istiqlal Jakarta, KH. Bukhari Sail Attahiri menjelaskan orang yang memiliki firasat dapat melihat keistimewaan atau keburukan orang lain karena amal-amal yang diperbuat. Orang yang memiliki firasat dapat melihat cahaya yang terpancar dari orang yang baik, dan rasa senang kala memandangnya, serta adanya wibawa pada diri orang tersebut.

      Baca Juga: Perkara Ini yang Membuat Zakat Menjadi Sia-sia

      Cahaya yang terpancar itu merupakan bekas sujud seorang hamba. Cahaya itu memancarkan keimanan dan ketaatannya sehingga dirasakan oleh orang-orang yang Allah bukakan mata hatinya yakni yang memiliki firasat. 

      "Jadi pemberian Allah kepada seseorang yang bisa melihat tanda seperti dari wajah orang-orang itu disebut firasat," kata kiai Sail dalam kajian kitab Tajul Ausy di Masjid Istiqlal beberapa hari lalu. 

      Sebagaimana firman Allah SWT

      Berita Terkait :

      Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.

  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan