• Photo :
        • Abdul Maalik.,
        Abdul Maalik.

      Sahijab – Banyak kisah mualaf yang membuat hati kita terenyuh, bahkan saat mereka harus meninggalkan keluarga besarnya dan hidup sendirian. Ini juga yang dialami oleh Abdul Maalik, yang kala itu memutuskan memeluk agama Islam pada usia 18 tahun di bulan Ramadhan.

      Padahal, keluarga besarnya adalah beragama Hindu sehingga mau tidak mau ia meninggalkan mereka untuk mendapatkan hidayah. Tapi itu bukan hal yang mudah baginya, apalagi ia mengucapkan syahadat di bulan Ramadhan, di mana rutinitas ibadah menjadi sangat intens dilakukan.

      "Saya bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukan di pertama kali karena saya masuk Islam di bulan Ramadhan, itu adalah kejutan tersendiri. Jadi saya mengunjungi masjid dan bergaul dengan muslim lainnya. Tetapi pada saat yang sama itu merupakan tantangan bagi saya, karena saya memiliki situasi sendiri di rumah di mana keluarga Hindu," ucap Maalik dikutip Sahijab dari MyLondon.

      Baca Juga: Kisah Mualaf Donna Latief Sampai Bisa Khatam Alquran

      Pria yang tinggal di London itu pun harus bangun sahur sendiri, mencuci piring padahal saat usia itu ia tidak melakukannya. Namun ia mengakui itu sebagai tantangan, apalagi harus melakukan sholat lima waktu yang memang bagi sebagian mualaf itu tidak mudah untuk dilakukan.

      "Saya bangun untuk sahur, saya akan makan dan meninggalkan piring di wastafel. Saya meninggalkan piring dan mencucinya, itu sebagai tantangan langsung, ada saat ketika saya sedang berdoa di kamar dan ayah saya memanggil, tapi tidak menanggapi karena sedang sholat," ucapnya.

      Akhirnya Abdul Maalik pindah dan dia mulai mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang Ramadhan, menciptakan rutinitasnya sendiri selama bulan itu. Dia berkata: "Ketika Ramadhan di musim panas, Anda memiliki lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan itu bisa menjadi kesepian, tetapi di musim dingin itu seperti sarapan pagi, makan siang terlambat dan waktu berjalan lebih cepat."

      "Bagi saya, saya tetap terjaga sampai waktu Subuh, dan shalat Maghrib dan Subuh menjadi sangat dekat. Jadi saya biasanya makan satu kali di jam-jam singkat itu dan mungkin ada camilan di antaranya. Biasanya saya akan tidur setelah Subuh dan bangun sekitar jam 10 pagi karena pekerjaan yang saya lakukan saya dapat memilih jam kerja," lanjutnya.

      Tapi di usianya yang kini menginjak umur 47 tahun, ia mulai membantu para mualaf lainnya untuk menjalani ibadah puasa dan menemani mereka melewati harinya.

      "Saya tak sabar untuk kembali ke masjid White City tahun ini, saya berniat memanfaatkan malam saya di sana dan membantu menyiapkan hidangan berbuka puasa," tegasnya.

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan