Setibanya di Kairo, Mesir, situasi mulai terasa mencekam. Zaskia menyaksikan langsung sejumlah peserta dari negara lain dideportasi, terutama dari Eropa. "Di airport, ku melihat teman-teman dari negara lain di deportasi, terutama dari Eropa. Baca grup long march, sudah banyak aktivis yang ditangkap, ada yang ditahan tapi juga ada yang dipulangkan," ujarnya.
Meski demikian, proses imigrasi yang dilalui Zaskia dan rombongan berjalan lancar. Namun, ketegangan meningkat saat tiba di hotel. "Sampai di hotel malam-malam, vibenya udah nggak enak. Ada polisi yang langsung mencatat semua paspor dan berbicara serius sambil melihat kami dengan staff hotel," ceritanya.
Ketegangan memuncak saat pukul 7 pagi, tiga mobil polisi datang ke hotel untuk melakukan penyisiran. "4 bule dibawa dengan mobil polisi, dan kami yang bernegosiasi," tulis Zaskia. Sayangnya, kondisi mereka semakin sulit karena pengawasan ketat dari aparat. Pasukan pengamanan telah disiapkan untuk mereka.
"Situasi kami lebih sulit, seolah terkunci untuk bergerak. Karena sekitar 20 polisi, intel, mobil polisi bahkan mobil tahanan siap di depan bus, khusus disiapkan untuk kami ber-10," tutup Zaskia.
Aksi Global March to Gaza ini menunjukkan betapa kompleksnya isu kemanusiaan di wilayah tersebut. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Zaskia dan rekan-rekannya tetap berkomitmen untuk menyuarakan keadilan dan kemanusiaan bagi rakyat Gaza.