Musisi senior Ussy Pieters rilis single vokal perdananya 'Sampai Kapan' di usia 71 tahun, bukti bahwa berkarya tak mengenal usia.
Musisi senior dan maestro harpa Indonesia, Ussy Pieters, membuat gebrakan baru dalam perjalanan karier seninya. Di usia 71 tahun, Ussy siap meluncurkan single vokal perdananya yang bertajuk 'Sampai Kapan'. Lagu ini bertema cinta penuh penantian, diciptakan oleh komposer kenamaan Otte Abadi.
'Sampai Kapan' dirilis secara digital pada akhir Juni 2025. Ini merupakan ekspresi baru dari seorang musisi yang selama ini dikenal lewat petikan dawai harpa, bukan suara vokal. Namun, di momen inilah Ussy membuka lembaran baru, bukan untuk mengejar tren, melainkan menjawab panggilan hati.
"Saya tidak pernah membayangkan akan merilis single vokal di usia ini. Tapi ketika Otte memberi lagu ini dan saya coba menyanyikannya, ia langsung bilang, 'Ussy, lagu ini milikmu'. Dari situ semangat saya tumbuh," ujar Ussy dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.
Lagu ini mengusung aransemen sederhana dan emosional. 'Sampai Kapan' mengisahkan tentang cinta yang penuh penantian dan keraguan. Cinta yang belum pasti arahnya, membuat sang tokoh merasa terperangkap dalam perjalanan batin yang berat dan sunyi, hingga akhirnya hanya bisa berserah kepada Tuhan.
"Saya menyanyikan lagu ini bukan sekadar menyuarakan lirik, tapi menyampaikan perjalanan perasaan yang sangat manusiawi — mencinta, menunggu, bertanya, dan menyerah pada kehendak-Nya," kata Ussy.
Proses rekaman lagu ini digarap dengan penuh kesungguhan. Ussy terlibat langsung dalam pengolahan vokal dan produksi video klip, bersama tim kreatif yang terdiri dari Vicky dan Donny, serta arahan musikal dari sang pencipta lagu sendiri, Otte Abadi.
Meski baru kini merilis lagu secara vokal, Ussy Pieters bukan nama baru di industri musik Indonesia. Ia dikenal sebagai pemain harpa legendaris, bahkan telah merilis tiga album harpa instrumental, dan tampil bersama orkestra ternama di berbagai panggung musik nasional maupun internasional.
Kecintaannya pada harpa berawal sejak kecil, saat sering diajak oleh sang ayah menonton konser musik klasik. "Suara harpa buat saya seperti air yang mengalir di padang sunyi. Dalam bayangan saya waktu kecil, seolah melihat malaikat bermain harpa dengan jari-jari lentik. Sejak itu saya tahu, saya ingin memainkan alat musik itu."
Setelah lulus SMA, Ussy meminta izin kepada sang ayah untuk menekuni harpa secara serius. Ia pun diterima di Conservatorium St. Cecilia, Roma, Italia, tempat ia menempuh studi selama 9 tahun hingga meraih gelar Master Harp dan Doctor of Music. Tak hanya itu, Ussy juga memperdalam ilmu vokal dan teknik Opera Lyric, yang menjadi dasar kuat dalam interpretasi vokalnya hari ini.
Walau sempat bolak-balik antara Italia dan Indonesia untuk pertunjukan musik, Ussy lebih dikenal sebagai sosok seniman klasik yang tekun dan konsisten dalam jalurnya — jauh dari sorotan industri rekaman pop.
Di tengah hiruk pikuk dunia musik yang kerap didominasi oleh usia muda dan tren digital, Ussy hadir dengan pesan kuat: "Jangan pernah berhenti berkarya selama kita masih mampu. Eksistensi dalam musik tidak selalu soal ketenaran, tapi tentang kejujuran dalam mengekspresikan diri."
'Sampai Kapan' bukan hanya lagu cinta biasa. Ia menjadi refleksi kehidupan, perjalanan batin, dan pembuktian bahwa semangat berkesenian tidak punya batas usia. Dengan suara yang matang dan penjiwaan mendalam, single ini menjadi persembahan personal Ussy Pieters — kepada dirinya sendiri, kepada sahabatnya Otte Abadi, dan kepada setiap hati yang masih percaya pada keajaiban cinta yang tulus.