• Photo :
        • Ilustrasi cicilan.,
        Ilustrasi cicilan.

      Sahijab – Banyak barang-barang yang ingin kita miliki, tapi harganya tak terjangkau bila membeli secara tunai. Pilihannya adalah membeli barang secara kredit. Tapi, masih jadi perdebatan, apakah membeli barang secara kredit termasuk riba atau bukan.

      Benarkah membeli barang secara kredit termasuk kategori riba? Dikutip dari NU online, berikut penjelasan hukum Islam soal jual beli dengan cara kredit

      Jual beli kredit dalam istilah fiqih disebut dengan بيع تقسيط (dibaca: bai‘ taqsîth). Adapun jual beli dengan bertempo disebut dengan istilah بيع بالثمن الآجل (dibaca: bai’ bi al-tsamani al-âjil). Jual beli bertempo atau taqsîth yang disertai dengan uang muka, disebut dengan istilah بيع عربان (dibaca: bai’ urbân). Ketiga-tiganya merupakan jual beli dengan harga tidak tunai (harga tunda). Apakah jual beli ini sama dengan riba?   Dalam literatur fiqih kontemporer, bai’ taqsîth (jual beli kredit) ini didefinisikan sebagai berikut:

      البيع بالتقسيط بيع بثمن مؤجل يدفع إلى البائع في أقساط متفق عليها، فيدفع البائع البضاعة المبيعة إلى المشتري حالة، ويدفع المشتري الثمن في أقساط مؤجلة، وإن اسم " البيع بالتقسيط " يشمل كل بيع بهذه الصفة سواء كان الثمن المتفق عليه مساويًا لسعر السوق، أو أكثر منه، أو أقل، ولكن المعمول به في الغالب أن الثمن في " البيع بالتقسيط " يكون أكثر من سعر تلك البضاعة في السوق، فلو أراد رجل أن يشتريها نقدًا، أمكن له أن يجدها في السوق بسعر أقل ولكنه حينما يشتريها بثمن مؤجل بالتقسيط، فإن البائع لا يرضى بذلك إلا أن يكون ثمنه أكثر من ثمن النقد، فلا ينعقد البيع بالتقسيط عادة إلا بأكثر من سعر السوق في بيع الحال.   

      Artinya: “Bai’ taqsîth adalah praktik jual beli dengan harga bertempo yang dibayarkan kepada penjual dalam bentuk cicilan yang disepakati. Sementara itu, penjual menyerahkan barang dagangan (bidla’ah) yang dijualnya kepada pembeli seketika itu juga pada waktu terjadinya aqad. Kewajiban pembeli adalah menyerahkan harga untuk barang yang dibeli dalam bentuk cicilan berjangka. Disebut dengan istilah bai’ taqsîth adalah karena memuatnya ia kepada sebuah bentuk transaksi jual beli dengan ciri harga yang disepakati:1) sama dengan harga pasar, atau 2) lebih tinggi dari harga pasar, atau sebaliknya 3) lebih rendah dari harga pasar. Akan tetapi yang umum berlaku adalah pada umumnya harga dari barang bai’ taqsîth adalah lebih tinggi dibanding harga jual pasar.” (Lihat: Al-Qadli Muhammad Taqi al-Utsmâny, Ahkamu al Bai’ al-Taqsîth dalam Majalah Majma’ al-Fiqhu al-Islamy, tt, Juz 7, hal. 596)  

      Baca juga: Syekh Ali Jaber: Sholawat Bisa Sembuhkan Sakit

      Memperhatikan sisi definisi di atas, maka apabila ada skema penjualan seperti berikut ini, maka ia bisa dikelompokkan ke dalam bai’ taqsîth (jual beli kredit).  Misalnya skema pembelian mobil dengan uang muka dan cicilan per bulan yang berbeda sesuai dengan kemampuan bulan yang disepakati. Biasanya akan ada perbedaan jumlah yang dibayarkan per bulan untuk cicilan selama 12 bulan, 24 bulan, 36 bulan dan 48 bulan. 

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan