Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa junk food merusak hippocampus, wilayah otak yang terlibat dalam memori dan kontrol nafsu makan. Tidak jelas mengapa, tetapi hippocampus biasanya memblokir atau melemahkan ingatan tentang makanan ketika kita kenyang. Sehingga tidak memiliki hasrat membayangkan dan menikmati kue, ketika kita kenyang.
"Ketika hippocampus berfungsi kurang efisien, Anda mendapatkan banyak ingatan, dan makanan jadi lebih menarik," kata Stevenson menjelaskan.
Untuk menyelidiki bagaimana junk food mempengaruhi manusia, para ilmuwan ini merekrut 110 siswa yang kurus dan sehat, berusia 20 hingga 23 tahun, yang umumnya mengonsumsi makanan yang baik. Setengahnya secara acak ditugaskan ke kelompok kontrol yang makan makanan normal mereka selama seminggu. Setengah lainnya memakai diet gaya barat atau mengonsumsi makanan berenergi tinggi, semacam wafel Belgia dan makanan cepat saji.
Pada saat memulai dan mengakhiri pekan percobaan, para relawan ini melakukan sarapan di laboratorium. Sebelum dan setelah makan, mereka melakukan tes memori kata dan menyantap makanan tinggi gula yang mereka sukai dan sebanyak yang mereka inginkan. "Semakin menginginkan makan enak setelah kenyang, mengikuti diet gaya barat, maka semakin terganggu tes fungsi hippocampal-nya," kata Stevenson.
"Temuan ini menunjukkan bahwa gangguan hippocampus dapat mendukung keduanya," ujarnya menambahkan.
Dalam jangka panjang, mengonsumsi makanan ala Barat juga memberi kontribusi pada meningkatnya obesitas dan diabetes, di mana keduanya juga terkait dengan performa fungsi otak dan membantu perkembangan dementia.