"Keputusan menikah di usia yang masih sama-sama 17 tahun itu kan pasti tantangannya sangat luar biasa," kata Sally mengawali pembicaraannya.
Bukan penolakan dari kedua orang tua mereka, justru orang-orang di sekitarnya memberikan dukungan. Dan ia pun menuturkan, jika uang hasil dari amplop undangan itulah, yang kemudian dijadikan modal wal usahanya.
Bahkan dengan keterbatasan ilmu bisnis kala itu, ia dan suaminya memutuskan untuk berbisnis yang cepat tanpa adanya pengolahan. Dan akhirnya keputusan jatuh pada bisnis kain kafan.
"Bisnis yang paling gampang dulu jualan kain kafan. Kenapa mbak kok paling gampang? Kan kita nggak perlu pusing harus diapa-apakan jualnya, cuma kain putih doang. Yang beli perempuan laki-laki sama, cuma beda ukuran," tambahnya.
Baca Juga: Ragam Masker Kain Motif Batik untuk Cegah Corona
Namun, ternyata usahanya terbilang tidak sukses karena pembeli kain kafan jarang dan hanya sesekali. Akhirnya, ia dan suami mencari jalan bagaimana kain yang tersisa banyak bisa dijual. Dan kemudian pilihannya adalah dengan diolah menjadi barang lain, dan batik keputusannya.
"Dari situ kita belajar, ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Kita menemukan sebuah proses," tambahnya.