Sahijab – Bagi kita yang sudah memiliki keluarga atau yang bercita-cita ingin segera memiliki sebuah keluarga, maka kita mulai belajar bagaimana mendidik berdasarkan panduan dari Alquran.
Kita sadar bahwa wujud keberhasilan sebuah pendidikan adalah terlahirnya sebuah generasi yang unggul. Tentu, setiap orang memiliki ukurannya sendiri. Bagi kita sebagai umat Islam, keberhasilan pendidikan tidak terletak pada pencapaian materi. Misalnya, berapa banyak harta yang sudah dikumpulkannya? Atau, seberapa banyak prestasi yang ditorehkannya, atau seberapa besar kekuasaan yang dimilikinya? .
Jika kita buka kitab suci Alquran, betapa banyak bangsa terdahulu, diazab dan dihancurkan Allah Azza wa Jalla, setelah kesuksesan dunia yang mereka raih.
Baca juga: Teuku Wisnu Wujudkan Mimpi Bangun Rumah untuk Penghafal Alquran
Lihatlah kaum Ad, kaum Tsamud dan Firaun. Betapa jejak peradabannya masih terpelihara hingga saat ini, sebagai pembelajaran bagi kita semua. Bangunan-bangunan megah yang mereka dirikan, sebagai simbol kejayaan dan kemakmuran, ternyata tak berarti apa pun, ketika mereka tidak beriman, dan mendustakaan ayat-ayat Allah.
Saat mereka tak mau mendengar peringatan yang disampaikan oleh para rasul, maka Allah musnahkan mereka.
Begitu pula, peradaban dunia saat ini. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang sudah diraih masyarakat modern, bisa saja mendatangkan bencana, jika tak dilandasi nilai-nilai, yang diajarkan Tuhan penguasa alam semesta ini.
Maka, tirulah generasi terbaik umat manusia, seperti yang disebutkan dalam sabda Nabi shallalallahu alaihi wa sallam, bahwa sebaik-baiknya umat adalah padaku, kemudian orang-orang setelahnya, kemudian diikuti orang-orang setelahnya, (hadist riwayat bukhari dan muslim).
Generasi sahabat, tabiin dan tabiuttabiin,yang disebut salafush-sholeh merupakan tiga generasi terbaik, yang disebutkan dalam hadits ini. kenapa mereka menjadi generasi yang istimewa?
Para sahabat Nabi, sebelumnya mereka adalah bangsa jahiliyyah yang diselimuti kegelapan, menyembah berhala, dan melakukan berbagai maksiat, seperti berjudi, suka minum khomr, berzina, dan berbuat aniaya kepada sesama.
Namun, setelah masuk Islam, mereka berubah menjadi bangsa yang berwibawa. Merekalah generasi unggul, yang berhasil menggeser kekuasaan dunia saat itu, yang semula dipegang oleh bangsa Romawi dan bangsa Persia. Kedua kerajaan adidaya ini, saling berperang, dan saling mengalahkan, untuk merebut dominasi dan pengaruh dunia.
Lalu, munculnya kekuatan baru dari tanah Arab, yang tak pernah terbayangkan mereka. sebuah kekuatan yang dipandu oleh wahyu, dengan diutusnya seorang Nabi. Misinya untuk menyebarkan risalah tauhid, bukan untuk menumpuk kekayaan, dan kekuasaan.
Pada awal penyebaran Islam di Mekah, Rasulullah menjadikan rumah milik Arqom bin Abi Arqom al Makhzumi, sebagai tempat pendidikan dan pengkaderan. Di rumah inilah, Rasulullah mengajarkan wahyu yang diterimanya. Rasulullah membimbing para sahabat untuk menghafal, menghayati, dan mengamalkan ayat-ayat suci Alquran.
Inilah sesungguhnya metode pendidikan yang diungkapkan dalam surat al Jumuah, yang artinya: “Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatnya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan, dialah yang maha perkasa, maha bijaksana.” (QS: al-jumuah 2-3)
Ayat ini menerangkan bahwa Allah yang mengutus kepada bangsa Arab yang masih buta huruf, seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, dengan tugas pertama, membacakan ayat suci Alquran yang di dalamnya terdapat petunjuk, dan bimbingan untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.
Kedua, membersihkan mereka dari akidah yang menyesatkan, menuju akidah yang lurus, hanya menyembah Allah dan tak menyekutukannya.
Baca juga: Mushaf Alquran Terberat Ternyata Ada di Negeri Bollywood India
Ketiga, mengajarkan kepada mereka al-kitab yang berisi syariat agama, beserta hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya.Inilah langkah-langkah yang harus kita ulangi kembali dalam mendidik generasi yang unggul.