Kemudian, Iblis pun membisiki para ulama, “engkau adalah pembela syariat dan hanya mencari kemuliaan agama….” Penyakit riya akhirnya disusupkan di hati mereka. Perangkap ini berhasil menjeratnya, jika ada orang lain yang melebihi popularitas, hatinya mulai terbakar amarah. Mereka berbangga diri dengan banyaknya jamaah dan orang yang menuntut ilmu kepadanya.
Ulama sebagai pewaris para Nabi, bukanlah gelar yang disematkan tanpa syarat. Menurut Abu Bakar al Jaziri, selain penguasaan terhadap syariat agama, seorang ulama harus memiliki akhlak yang mulia, yaitu aspek kemanusiaan yang utuh dan paripurna. Akal intelektualnya komprehensif, yang dihiasi jiwa mulia. Ia harus teladan bagi orang lain. Seorang ulama adalah pelayan bagi umat, yang berusaha memperbaiki tatanan sosial dan akhlak masyarakat.
Seorang ulama tak lagi disebut pewaris Nabi, jika ia masih berkongsi dengan penguasa hanya untuk melegitimasi kekuasaannya, apalagi menjadi pelayannya. Namun, kiprah ulama tak berarti dijauhkan dari urusan politik dan pemerintahan. Ia harus terlibat aktif memberikan nasihat dan kritikannya demi kemaslahanan umat.
Sumber: Klik KHAZANAH Islamic Newsletter/Kholis Bakri
Baca juga: Kemuliaan Ulama di Antara Pemimpin Zalim