Dhaharal fasadu fil barri wal bahri.
“Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan”.
Dalam kitabnya yang berjudul “Nashaih al-Ibad”, seperti dikutip Sahijab dari Republika.co.id, Syekh Nawawi Al-Bantani menjelaskan bahwa dalam menfasirkan ayat tersebut, Abu Bakar al-Shiddiq berkata:
Albirru huallisanu wal bahru hual qalbu. Faidza fasadallisanu bakat alaihin nufuusu waidza fasadal qalbu bakat alaihil malaikatu.
“Yang dimaksud daratan adalah lisan, sedangkan lautan maksudnya adalah hati. Apabila lisan rusak (sebab mencela, misalnya), maka menangislah jiwa-jiwa (orang-orang dari keturunan Nabi Adam). Dan bila hati rusak (sebab riya misalnya), maka menangislah malaikat.”
Syekh Nawawi Al-Bantani juga menjelaskan, hikmah mulut berjumlah satu adalah agar menjadi peringatan bagi manusia untuk tidak banyak berbicara, kecuali berkaitan dengan dengan hal-hal yang dia ketahui dan mengandung kebaikan.