16 Penyebab Sering Marah Tanpa Alasan, Awas Kondisi Berbahaya Ini
Jumat, 24 Desember 2021 | 11:00 WIB
Oleh :
Rizal Maulana
Share :
Photo :
Freepik/freepik,
Ilustrasi wanita marah/tersinggung.
Batasan yang lemah: Jika Anda mengatakan ya untuk hal-hal ketika Anda benar-benar ingin mengatakan tidak, atau merasa terpaksa melakukan hal-hal untuk orang lain yang tidak Anda sukai, Anda mungkin merasa bahwa orang lain sedang memanfaatkan. Menjadi orang yang menyenangkan dapat menyebabkan Anda merasa lelah, frustrasi hingga pemarah.
Kurang tidur: Anda mungkin kurang tidur dan sering begadang. Hal ini dapat membuat lebih sulit untuk mengelola masalah emosional termasuk amarah.
Kecemasan : Orang dengan masalah kecemasan biasanya merasa kewalahan karena mereka harus bekerja keras untuk mengelola emosinya. Jika Anda sering merasakan kecemasan, bisa jadi meledakkan emosinya tanpa benar-benar memahami alasannya.
Merasa tidak dihargai: Merasa tidak dihargai atau tidak diakui dapat menyebabkan kemarahan. Anda mungkin marah dengan pasangan, anak-anak, orang tua, teman, atau rekan kerja karena merasa tidak dihargai.
Depresi: Kemarahan adalah gejala depresi yang kurang dikenal. Sekitar 10% orang dengan depresi mengalami iritabilitas dan 40% mengalami ledakan kemarahan.
Masalah pengendalian: Bagi sebagian orang, kemarahan berasal dari keinginan untuk mengendalikan segalanya dan menjadi kesal ketika mereka tidak dapat melakukannya.
Memendam emosi: Karena kemarahan bukanlah emosi yang diterima secara sosial, banyak orang mencoba untuk menekan perasaan yang sebenarnya. Jika Anda sering melakukannya, mungkin mendapati diri sendiri merasa semakin kesal dan semakin mendorong amarah.
Gangguan obsesif kompulsif (OCD): Kemarahan adalah gejala umum OCD dan mempengaruhi sekitar setengah orang dengan kondisi tersebut. Seseorang dengan OCD memiliki pikiran, dorongan, atau gambaran obsesif yang mengganggu yang menyebabkan perilaku kompulsif.
Penyalahgunaan alkohol: Penyalahgunaan alkohol dapat meningkatkan agresifitas. Alkohol merusak kemampuan Anda untuk berpikir jernih dan membuat keputusan yang irrasional.
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD): Orang dengan ADHD bisa marah tanpa alasan. ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan kurangnya perhatian, hiperaktif, impulsif dan mudah marah.
Oppositional Defiant Disorder (ODD): Gangguan perilaku yang menyerang anak usia sekolah, ODD dapat menyebabkan anak menjadi pemberontak, suka membantah dan mudah diganggu oleh orang lain.
Gangguan bipolar: Terkadang, kemarahan, lekas marah, agresi, dan kemarahan bisa menjadi gejala gangguan bipolar, yang merupakan gangguan otak yang menyebabkan perubahan suasana hati yang dramatis.
Gangguan eksplosif intermiten: Orang dengan gangguan ini memiliki ledakan kemarahan yang tak terduga disertai dengan agresi fisik atau perilaku kekerasan. Mereka mungkin bereaksi berlebihan dengan kemarahan yang tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Borderline Personality Disorder (BPD): Gangguan ini ditandai dengan depersonalisasi, perubahan suasana hati, kesulitan dengan hubungan, dan terkadang melukai diri sendiri atau upaya bunuh diri. Banyak orang dengan BPD mengalami kemarahan karena merasa diabaikan.
Gangguan dysphoric pramenstruasi (PMDD): Kemarahan bisa menjadi gejala fluktuasi hormon yang dapat terjadi dengan PMDD, yang ditandai dengan ketegangan pramenstruasi ekstrim yang mungkin datang dengan perubahan suasana hati yang intens dan perasaan marah.
Skizofrenia: Gejala skizofrenia termasuk halusinasi dan delusi. Gangguan ini terkadang dikaitkan dengan kemarahan yang disebabkan oleh persepsi bahwa orang lain ingin menyakiti orang tersebut. Skizofrenia paranoiddapat menyebabkan perilaku kekerasan.