Isu ini juga menyebar ke sekolah menengah atas lain di negara bagian itu. Pada Kamis (03/02), video yang menunjukkan gerbang sekolah ditutup bagi perempuan yang memakai jilbab, menimbulkan kemarahan masyarakat.
Peristiwa di video itu terjadi di sekolah menengah atas di Distrik Udupi. Protes sebelumnya juga terjadi di Udupi, salah satu kawasan di Karnataka dengan komunitas yang cukup sensitif.
Para pengamat sering menggambarkan kawasan pesisir sebagai laboratorium bagi politik mayoritas Hindu. Kawasan ini adalah basis Partai Nasionalis Hindu, Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi. BJP juga berkuasa di Karnataka.
Baca Juga: Meninggal Dunia saat Bayi, Ke Mana Anak-anak Pergi?
Pada Senin, 7 Februari 2022 lalu ratusan mahasiswa, termasuk orang tua mereka, turun ke jalan menentang pembatasan. Mereka menuntut siswa harus diizinkan untuk menghadiri kelas bahkan jika mereka mengenakan jilbab.
“Apa yang kita saksikan adalah bentuk apartheid agama. Keputusan itu diskriminatif dan secara tidak proporsional mempengaruhi perempuan Muslim,” kata A. H. Almas, seorang mahasiswa berusia 18 tahun yang turut dalam aksi protes yang telah dilakukan selama berminggu-minggu.
Sejauh ini beberapa pertemuan antara pihak sekolah, perwakilan pemerintah dan mahasiswa yang memprotes menemui jalan buntu. Menteri pendidikan negara bagian, B. C. Nagesh, juga menolak untuk mencabut larangan tersebut. Dia mengatakan kepada wartawan pada Minggu, 6 Februari 2022, bahwa "mereka yang tidak mau mengikuti aturan berpakaian seragam dapat mencari pilihan lain."