Sahijab – Di setiap malam bulan Ramadhan kita akan menjalankan salah satu sholat yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu tarawih.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya, kita selalu melaksanakan sholat tarawih di masjid secara berjamaah. Tetapi pada tahun ini, pemerintah menghimbau untuk melaksanakannya di rumah masing-masing. Terkait dengan pemutusan rantai penyebaran COVID-19.
Baca Juga: Sholat Tahajud di Bulan Ramadhan, Apa Hukumnya?
Tapi jangan bersedih, karena pada dasarnya sholat tarawih tidak diwajibkan untuk dikerjaan secara berjamaah. Faktanya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami sholat tarawih hanya beberapa kali selama bulan Ramadhan.
Namun, jangan ditanya berapa lama Rasulullah sholat.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Aisyah Radhiyallahu anhuma ditanya: "Bagaimana sholat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan?" Dia menjawab, "Beliau tidak pernah menambah - di Ramadhan atau di luarnya - lebih dari 11 rakaat. Beliau sholat empat rakaat, maka jangan ditanya tentang bagusnya dan lamanya. Kemudian beliau sholat 3 rakaat."
Sholat tarawih sendiri secara harfiah adalah duduk. Artinya setiap empat rakaat maka jamaah bisa beristirahat, setelah melaksanakan sholat yang cukup lama bacaannya. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melaksanakan sholat tarawih mulai setelah Isya, hingga masuknya waktu fajar.
Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata: "Adalah Rasulullah melakukan sholat pada waktu setelah selesainya sholat Isya’, hingga waktu fajar, sebanyak 11 rakaat, mengucapkan salam pada setiap dua rakaat, dan melakukan witir dengan satu rakaat." [HR Muslim].
Selain itu, sholat tarawih memang tidak harus dilakukan secara berjamaah. Bahkan Rasulullah mengimami sholat tarawih hanya beberapa kali saja. Hal ini menguatkan, jika kita memang tidak diwajibkan untuk melakukannya secara berjamaah di masjid. Terlebih saat pandemi COVID-19 seperti saat ini.
Hadits Abu Dzar Radhiyallahu anhu: Ia berkata: "Kami puasa, tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memimpin kami untuk melakukan sholat (tarawih), hingga Ramadhan tinggal tujuh hari lagi, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami kami sholat, sampai lewat sepertiga malam. Kemudian beliau tidak keluar lagi pada malam ke enam. Dan pada malam ke lima,beliau memimpin sholat lagi sampai lewat separoh malam. Lalu kami berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Seandainya engkau menambah lagi untuk kami sisa malam kita ini?’, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersada: "Barang siapa sholat (tarawih) bersama imam sampai selesai. maka ditulis untuknya sholat satu malam (suntuk)."
Kemudian beliau tidak memimpin sholat lagi, hingga Ramadhan tinggal tiga hari. Maka beliau memimpin kami sholat pada malam ketiga. Beliau mengajak keluarga dan istrinya. Beliau mengimami sampai kami khawatir tidak mendapat falah. Saya (perawi) bertanya, apa itu falah? Dia (Abu Dzar) berkata, "Sahur." [HR Nasai, Tirmidzi, Ibn Majah, Abu Daud, Ahmad. Shahih]
Berdasarkan beberapa hadits disebutkan, jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah sholat tarawih lebih dari 11 rakaat.
Hadits Aisyah Radhiyallahu anhuma: Ia ditanya oleh Abu Salamah Abdur Rahman tentang qiyamul lailnya Rasul pada bulan Ramadhan, ia menjawab: "Sesungguhnya beliau tidak pernah menambah pada bulan Ramadhan, atau pada bulan lainnya. Lebih dari sebelas rakaat." [HR Bukhari, Muslim]
Lalu bagaimana dengan sholat tarawih dengan jumlah rakaat lebih dari 11? Semua dikembalikan kepada kesanggupan kita, namun yang lebih baik adalah bacaan sholat itu sendiri. Dan tidak memberatkan jamaah atau Anda yang melaksanakannya masing-masing di rumah bersama keluarga.
Al Hafidz Ibn Hajar berkata: "Hal tersebut dipahami sebagai variasi sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan manusia. Kadang-kadang 11 rakaat, atau 21, atau 23 rakaat, tergantung kesiapan dan kesanggupan mereka. Kalau 11 rakaat, mereka memanjangkan bacaan hingga bertumpu pada tongkat. Jika 23 rakaat, mereka meringankan bacaan supaya tidak memberatkan jamaah. [Fathul Bari, 4/253].
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ اِمَامًا ِللهِ تَعَالَى
Artinya: Aku niat Shalat sunnat tarawih dua rakaat menjadi imam karena Allah Ta’ala
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ القِبْلَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Artinya: Aku niat Shalat sunnat tarawih dua rakaat menjadi makmum karena Allah Ta’ala
Berdasarkan keterangan hadist di atas bisa disimpulkan, jika tata cara sholat tarawih di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Empat rakaat salam, empat rakaat salam, kemudian ditutup witir tiga rakaat.
2. Dua rakaat salam, dua rakaat salam dan ditutup witir 1 rakaat.
Baca Juga: Muhammadiyah Imbau Masyarakat Sholat Tarawih di Rumah
Semoga tulisan ini bisa membantu pemahaman kita tentang sholat tarawih yang harus dikerjakan di rumah, niat dan tata caranya. Jika tulisan ini benar maka datangnya dari Allah, jika salah maka datangnya dari penulis.
Referensi
al-badar.net
almanhaj.or.id