Namun, meskipun siraman rohani yang didapatkan bervariasi, berbeda dan menarik hatinya, tetapi ia tidak pernah merasa menemukan apa yang dicarinya. Yakni, kebenaran.
Anak-anak Greta pun tumbuh dewasa. Mereka meninggalkan rumah dan suaminya juga meninggal dunia. Namun, ia masih mencari rumah ibadah yang tepat dalam memenuhi hatinya dalam mencari kebenaran. Akhirnya, pencariannya berakhir di tempat ibadah tetangganya.
"Itu masalah kenyamanan. Saya tidak suka mengemudi jarak jauh lagi dan gereja lokal berada dalam jarak berjalan kaki. Saya kenal orang-orang dan mereka juga membantu saya, ketika saya membutuhkan bantuan," ujar Greta.
Sementara itu, semua anak Greta memutuskan untuk tinggal di luar negeri. Itu sebabnya, ia merasa senang dengan bantuan dari komunitas rumah ibadah yang rata-rata berjiwa muda. Namun, masih ada keinginan membara dalam jiwanya untuk mengetahui kebenaran.
Keinginannya yang kuat untuk menemukan kebenaran membuatnya kerap berdoa. Hingga suatu malam, setelah ia pulang dari rumah ibadah, Greta mulai membuka hatinya kepada Tuhan dan memohon kepada Sang Pencipta untuk membimbingnya pada kebenaran.
"Saya mengatakan bahwa saya ingin mengetahui kebenaran. Untuk menyembah Dia sebagaimana Dia layak disembah. Itu adalah doa paling tulus yang pernah saya lakukan," ujarnya.