Setelah berkenalan dua bulan, pria tersebut ingin bertemu kedua orang tuanya karena bermaksud serius mengajak Aga menikah. Hingga saat itu, keduanya belum membahas agama satu sama lain.
"Saya tidak curiga, karena kenal orang tua Mas Jati, papahnya menggunakan nama mandarin," ujar dia sebagaimana dikutip dari arsip Harian Republika.
Baru setelah empat bulan kemudian Jati menjelaskan bahwa dia seorang Muslim sejak lahir. Aga terkejut, namun dia tidak marah atau pun memutuskan hubungan.
Justru di saat itu, dia malah memiliki rasa ingin tahu tentang agama Islam. Aga ingin mengetahui calon suami dan keluarganya yang Tionghoa bisa menjadi Muslim yang taat, berbeda dengan keluarga lain yang biasanya menganut agama non Islam.
Meski mereka menjalin hubungan, namun mereka jarang bertemu, karena Aga berkuliah di Jakarta dan calon suaminya bekerja di Pekalongan. Meski calon suaminya ingin menikahi dia, tetapi Jati tidak memaksanya untuk memeluk Islam.
Tetapi calon suaminya juga tidak mau jika harus berpindah agama. Hingga Aga lulus kuliah, calon suaminya terus bertemu kedua orang tua Aga.
"Saya tidak tahu apa yang membuat ibu saya yang tadinya fanatik terhadap agamanya sendiri mau menerima suami saya saat ini," ujar dia.
Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.