Gati menambahkan, wirausaha memegang peranan penting dalam menyokong pertumbuhan ekonomi nasional, mulai dari menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan nasional, menciptakan nilai tambah barang dan jasa, mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial, serta terciptanya masyarakat adil dan makmur.
Berdasarkan data Global Entrepreneurship Index 2018, Indonesia saat ini berada di peringkat ke-94 dalam hal kewirausahaan di antara 137 negara atau menempati posisi ke16 di antara negara-negara Asia Pasifik.
Sejak 2013, Ditjen IKMA telah membina sebanyak 46 pondok pesantren dengan melibatkan lebih dari 8.628 santri, melalui program pelatihan produksi dan motivasi kewirausahaan. Cakupan ruang lingkup pembinaannya, antara lain pelatihan produksi dan bantuan mesin/peralatan di bidang olahan pangan dan minuman seperti roti dan kopi.
Selanjutnya, perbengkelan roda dua, kerajinan boneka dan kain perca, konveksi busana muslim dan seragam, daur ulang sampah serta produksi pupuk organik cair. “Program Santripreneur ini sudah berhasil diterapkan dengan baik sampai saat ini oleh ponpes yang mendapatkan pembinaan dan pelatihan,” tuturnya.
Gati pun menyampaikan, pihaknya membuka kesempatan bagi seluruh pondok pesantren di Indonesia yang ingin mengikuti program Santripreneur, untuk mengirimkan proposalnya langsung ke kantor Ditjen IKMA Kemenperin, Jakarta, atau bisa menghubungi melalui akun @ditjenikma di berbagai kanal media sosial.
“Kami meyakini, upaya pemberdayaan para santri melalui program Santripreneur ini akan mampu meningkatkan produktivitas masyarakat, sehingga turut memacu perekonomian nasional,” tegasnya.