Sahijab – Imam Syafi'i tidak hanya dikenal karena kecerdasan dan keluasan ilmunya, tapi akhlak dan kesalehan beliau tercatat dalam sejarah dan kesaksian para ulama. Ada sebuah kisah Imam Syafi'i pernah bermimpi bertemu Baginda Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits sahih dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: "Barang siapa melihatku dalam mimpi, niscaya ia akan bertemu denganku dalam keadaan terjaga dan setan tidak bisa menyerupaiku." (HR Al-Bukhari, Muslim).
Imam Syafi'i memiliki nama asli Muhammad bin Idris yang lahir di Gaza pada Tahun 150 H, nasab beliau bertemu dengan Nabi Muhammad pada Abdi Manaf (kakek ketiga Rasulullah). Kedalaman ilmu beliau sangat amat luas, saat beliau masih berusia 15 tahun, gurunya yang bernama Muslim bin Kholid az-Zanji sudah memberinya ijazah untuk berfatwa.
Pengajar Rumah Fiqih Indonesia Ustaz Galih Maulana Lc menceritakan kisah Imam Syafi'i bertemu dengan Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Kisah ini tercatat dalam Manaqib Imam Syafi'i (1/98) di mana beliau sendiri yang menceritakan pertemuan beliau dengan Rasulullah di dalam mimpinya, Imam Syafi'i berkata: "Aku melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam mimpi, kemudian beliau berkata kepadaku: "Wahai anak muda, Labbaika Ya Rasulullah. Dari mana asalmu? Dari golonganmu ya Rasulullah. Mendekatlah kepadaku. Kemudian aku mendekat, maka Rasulullah mengambil ludahnya dan mengusapkannya ke mulut dan bibirku kemudian berkata: "Pergilah, semoga Allah memberkahimu."
Mimpi yang sangat indah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara khusus mendoakan Imam Syafi'i di akhir pertemuannya. Mengenai keluasan ilmu Imam Syafi’i ini, Imam Nawawi dalam kitabnya "Tahdzibu al-Asma wa al-Lughot", membawakan sebuah hadits masyhur dari Rasulullah yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya : "Sesungguhnya seorang alim dari Quraisy akan memenuhi dunia dengan ilmunya." (Ibnu 'Asakir (14/817)
Kata Ustadz Galih, para ulama dari kalangan mutaqodimin dan mutaakhirin mengatakan, bahwa yang diisyaratkan dalam hadis tersebut adalah Imam Syafi'i. [Tahdzibul Asma' wal Lughot (1/52)]