Sahijab Update – Niat puasa qadha adalah sebagai ganti puasa Ramadhan yang tidak kita tunaikan, dan disebabkan karena hal-hal yang sah sesuai firman Allah Subhanahu wa ta'ala. Seperti saat kita sakit sehingga tidak bisa menunaikan ibadah puasa Ramadhan, atau sedang haid dan diperjalanan jauh.
Maka ada kewajiban sebagai pengganti puasa Ramadhan, dan hal tersebut tertulis dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala di dalam surah Al-Baqarah ayat 184 berikut ini:
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan, (kemudian tidak puasa), maka wajib menggantinya pada hari-hari yang lain." (QS: Al-Baqarah: 184)
Selain dalam ayat di atas, perintah mengqadha atau mengganti puasa juga disampaikan dalam sebuah hadits. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang artinya sebagai berikut:
"Dari Aisyah radhiyallahuanha berkata, "Dahulu di zaman Rasulullah SAW kami mendapat haid. Maka kami diperintahkan untuk mengganti puasa." (HR. Muslim).