Jakarta – Di Indonesia, kekeringan serta musim kemarau membawa dampak buruk. Gagal panen adalah salah satu konsekuensi paling menghawatirkan dari kondisi ini, karena tanaman menjadi rentan mati atau tidak memberikan hasil panen yang memadai.
Selain itu, kurangnya akses ke air bersih juga menjadi permasalahan utama. Kondisi kekeringan membuat sumber-sumber air seperti sungai dan danau menjadi kering atau terkontaminasi.
Kondisi kemarau yang berkepanjangan berisiko menyebabkan kebakaran di hutan dan lahan, mengingat lahan menjadi kering dan mudah terbakar. Pasokan air, termasuk air tanah dan air permukaan, menurun.
Faktor ini menyebabkan vegetasi di hutan menjadi kering dan mudah terbakar. Dikombinasikan dengan angin kencang, api bisa menyebar dengan cepat. Lalu, bagaimana pendekatan Islam dalam menangani masalah kekeringan?
Dalam menyikapi pemanasan global, solusi yang diajarkan Islam sangat menyeluruh dan berkelanjutan. Solusi tersebut mencakup tidak hanya aspek teknis, tetapi juga moral dan spiritual.
Islam menekankan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Alam dianggap sebagai karunia dari Allah yang perlu dijaga dan dilestarikan. Sebagai respons terhadap pemanasan global, Islam menawarkan serangkaian solusi. Mengacu pada sumber dari NU Online, beberapa pendekatan yang dapat diadopsi meliputi:
Manusia, khususnya umat Islam, harus memperkuat kesadaran tentang pentingnya pelestarian lingkungan. Sebagai khalifah di bumi, umat Islam memiliki tanggung jawab untuk merawat dan memelihara alam. Pendidikan dan kampanye lingkungan bisa menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran ini.
Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad SAW menunjukkan ketertarikan besar terhadap pelestarian lingkungan. Ia mengajarkan para pengikutnya untuk merawat lingkungan dan menghindari kerusakan.
Salah satu inisiatif yang ditekankan oleh Nabi adalah pentingnya reboisasi dengan menanam pohon. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Tak satupun seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi pahala sedekah baginya, dan yang dicuri orang lain akan bernilai sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang menguranginya, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya.” (HR. Muslim).
Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, beliau tiba pada musim panas yang ekstrem, dengan tanah Madinah yang kering dan tandus. Dengan visi untuk merevitalisasi tanah tersebut, Rasulullah SAW menginstruksikan para sahabat untuk menanam pohon kurma di sekitaran Masjid Nabawi.
Dengan antusiasme besar, para sahabat menjalankan instruksi tersebut, menanam pohon kurma bahkan di tanah yang paling tidak subur.
Hasil kerja keras mereka bersama Rasulullah SAW mengubah lanskap di sekitar Masjid Nabawi. Area yang sebelumnya gersang kini berubah menjadi oasis hijau dengan pohon kurma yang berbuah lezat.
Tindakan ini tidak hanya mengubah lingkungan secara visual, tetapi pohon-pohon tersebut menyediakan oksigen, menyerap karbon dioksida, mencegah erosi, dan menjadi sumber makanan serta habitat bagi banyak spesies.
Sebagai umat Islam, kita harus mengambil inspirasi dari tindakan Nabi Muhammad SAW. Kita bisa mulai dengan menanam pohon di lingkungan kita, baik itu di rumah, sekolah, atau tempat kerja, sebagai bentuk kontribusi dalam pelestarian lingkungan.
Selanjutnya, kita juga perlu merefleksikan gaya hidup kita. Praktik-praktik yang merugikan lingkungan, seperti penggunaan kendaraan bermotor berlebihan, konsumsi listrik yang boros, dan makan daging dalam jumlah besar, harus dikurangi.
Langkah-langkah sederhana seperti berjalan kaki, bersepeda, hemat energi, dan mengurangi konsumsi daging dapat membantu kita berkontribusi terhadap lingkungan.
Sebagai catatan tambahan, Fakhruddin Ar-Razi dalam kitabnya, Mafatih al-Ghaib, menyatakan bahwa Allah akan melindungi dunia selama manusia menjalani mu'amalah dengan benar, yang mencakup interaksi antar manusia, dengan alam, dan dengan Allah. Jika manusia gagal dalam mu'amalah, maka azab dapat diturunkan.
“Malah, Allah menurunkan adzab tadi disebabkan jika suatu masyarakat berbuat buruk dalam mu‘amalat; bergaul terhadap manusia lain dan alam.”
Indonesia perlu mengadopsi dan menerapkan teknologi yang bersahabat dengan lingkungan, seperti sumber energi yang terbarukan dan transportasi yang berkelanjutan, untuk meminimalisir emisi gas rumah kaca.
Oleh karenanya, penting bagi kita untuk berinovasi dan memajukan teknologi yang ramah lingkungan. Tindakan ini dapat diinisiasi oleh pemerintah, sektor swasta, dan kalangan akademik.
Sebagai contoh praktik hemat yang juga ramah lingkungan, kita dapat merujuk pada ajaran Nabi Muhammad SAW yang menekankan pentingnya penghematan air.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepedulian terhadap air dengan cara menghematnya, bahkan dalam ibadah sehari-hari. Beliau memberikan contoh penggunaan air dengan bijaksana saat berwudhu, dengan hanya menggunakan sekitar 2 liter air.
Ini mencerminkan kesadaran beliau akan pentingnya air bagi kehidupan dan keberlanjutan lingkungan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Nabi SAW pernah melewati Sa'ad saat dia sedang berwudhu. Nabi berkata, Apa ini, pemborosan? Sa'ad bertanya, apakah ada pemborosan dalam wudhu? Nabi menjawab: Ya, bahkan jika kamu berada di sungai yang mengalir.”
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah memberikan nasihat kepada Sa'ad yang berwudhu dengan cara yang tidak hemat.
Meskipun seseorang berada di tepi sungai yang berlimpah, Rasulullah SAW menegaskan bahwa pemborosan saat berwudhu tetap tidak dianjurkan.
Hadits tersebut menggunakan istilah "israf", yang mengacu pada tindakan berlebihan atau penggunaan yang melebihi kebutuhan. Ini menegaskan pandangan Islam tentang pentingnya kehematan dan keseimbangan dalam segala hal.
Sebagai respons terhadap isu pemanasan global, ajaran Islam menawarkan solusi menyeluruh yang berorientasi pada keberlanjutan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Islam, kita diharapkan dapat mewujudkan masa depan yang lebih lestari dan harmonis dengan alam.