Raffles, yang memiliki minat besar terhadap candi-candi kuno, menyambut informasi ini dengan antusias. Ia segera memerintahkan Tan Jin Sing untuk pergi ke lokasi bersama warga lokal. Ketika mereka tiba di lokasi, mereka menemukan monumen kuno yang ditutupi semak belukar dan tertimbun tanah. Warga lokal yang menemani Tan Jin Sing menginformasikan bahwa nama candi tersebut adalah Borobudur.
Setelah penemuan ini, Raffles memerintahkan tim untuk melakukan pemugaran besar-besaran. Tim ini dipimpin oleh arkeolog Belanda, Christian Cornelius, yang memiliki pengalaman luas dalam pemugaran candi-candi di Jawa. Tim yang terdiri dari Tan Jin Sing, Cornelius, dan sekitar 200 warga lokal segera memulai pekerjaan. Mereka membabat rumput liar dan menggali timbunan tanah secara perlahan.
Setelah dua minggu bekerja, kemegahan Candi Borobudur yang sempat terbengkalai akhirnya terungkap. Cornelius menulis detail deskripsi candi tersebut dan melaporkannya kepada Raffles di Batavia. Dari sinilah, Candi Borobudur yang sempat terlupakan kembali mendapat perhatian, terutama dari para ahli dan peneliti Eropa.
Setelah Inggris meninggalkan Jawa pada tahun 1816, pemerintah kolonial Belanda turut berperan dalam upaya mengungkap misteri Candi Borobudur. Melalui perjalanan panjang penggalian dan pemugaran, hasilnya kini dapat dinikmati dan disaksikan oleh dunia, termasuk oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Indonesia Prabowo Subianto.
Meskipun Tan Jin Sing, Raffles, dan Cornelius bukan orang pertama yang menemukan Candi Borobudur, mereka merupakan sosok penting yang membuat candi ini kembali mendapat perhatian dan penghargaan internasional. Kemegahan Candi Borobudur yang akan disaksikan Macron dan Prabowo adalah bukti nyata dari perjuangan panjang dalam melestarikan warisan budaya yang luar biasa.