Dalam Kilauanlara, Jimi mengambil kesempatan untuk menjadikan proyek solonya ini sebagai medium untuk mengekspresikan sesuatu yang sepenuhnya miliknya. Ia ingin segala aspek dalam karya ini berjalan sepenuhnya sesuai dengan visinya; baik secara lirik, aransemen, hingga estetika visual, agar menjadi perayaan yang terasa personal dan utuh. "Pas akhirnya mulai dikerjain, gue benar-benar turun tangan ngarahin semua prosesnya; mulai dari aransemen sampai detail kecil kayak ukuran stik drum pun gue yang tentuin," tuturnya lagi.
Dalam penggarapan lagunya, Jimi berkolaborasi dengan sejumlah rekan baru, yang kemudian menarik perhatian Eriliando Erick, seorang sutradara dan fotografer lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Erick kemudian mendokumentasikan keseluruhan proses dalam bentuk film dokumenter. Nama Eriliando Erick sendiri dikenal lewat karya dokumenternya Ibnu Nurwanto – Sang Kayu (2024), yang masuk dalam nominasi Festival Film Indonesia (FFI). Pada 2025 ia juga menggelar pameran foto tunggal Yang Tertinggal.
Video musik Kilauanlara digarap oleh Her Rachman, sineas yang telah lama bekerja bersama Jimi dalam berbagai proyek video untuk The Upstairs dan MORFEM. Lagu Kilauanlara telah tersedia di Bandcamp dan video musiknya dapat ditonton di kanal Youtube Jimi Multhazam. Lagu ini juga segera hadir di layanan streaming service dalam waktu dekat.
Jimi Multhazam melalui proyek solo Kilauanlara tidak hanya merayakan 3 dekade berkaryanya, tetapi juga menunjukkan evolusi kreatifnya sebagai seniman yang terus berkembang dan inovatif.