Untuk bawahan, Syifa memilih kain batik cokelat klasik bermotif parang dan truntum. Bawahan ini digunakan dalam bentuk lilitan kain batik tulis tradisional khas Jawa yang dililit rapi menyerupai wiron atau jarik klasik. Motif batik yang dipilih tampak kontras namun harmonis dengan atasan kebaya, memberikan nuansa bumi yang mengimbangi kilau kebaya bagian atas.
Motif batik ini tidak hanya estetis, tetapi juga sarat makna budaya sebagai simbol kesetiaan dan harapan baik dalam pernikahan. Model bawahan ini tidak menggunakan lipatan stagen atau belt besar, sehingga tetap mempertahankan fokus pada siluet dan gerak tubuh. Lipatan kainnya disesuaikan agar tetap praktis saat berjalan namun tidak mengurangi keanggunan.
Syifa mengenakan high heels transparan berhiaskan glitter untuk menambah tinggi tubuhnya secara visual, memperkuat kesan ramping dan tidak mengganggu motif batik yang dikenakan. Salah satu aksen yang mencolok dari penampilannya adalah kalung emas bergaya etnik dengan detail menyerupai flora klasik. Kalung ini tampak menggantung pas di leher dengan ukuran sedang, tidak terlalu panjang agar tidak menutupi detail payet di kebaya.
Kalung emas ini berasal dari lini aksesori lokal Subeng Klasik, dan tampak serasi dengan anting-anting emas bundar besar yang dikenakannya. Perhiasan yang dikenakan terbuat dari emas dengan desain floral klasik khas aksesori adat Jawa. Warna keemasan dari kalung menyatu dengan keseluruhan nuansa dusty pink kebaya, memberi efek kehangatan dalam penampilan. Kalung ini tidak mencuri perhatian secara berlebihan, melainkan menambahkan kesan mewah dan berkelas pada seluruh look Syifa.
Penampilan Syifa Hadju di acara ngunduh mantu Al Ghazali menjadi inspirasi bagi banyak orang yang ingin tampil anggun dan berkelas dalam acara formal. Dengan kombinasi antara busana adat dan elemen modern, Syifa berhasil mencerminkan keanggunan dan estetika yang menawan.