Sahijab – Islam memang terkenal sebagai agama yang sangat teguh mempertahankan penegakan kesamaan derajat. Untuk itu, Islam musuh bagi manusia yang merasa lebih mulia dari manusia atau makhluk lain, jika alasannya berdasarkan hal yang sifatnya duniawi.
Bahkan, pada persoalan yang sifatnya ukhrawi, semisal seseorang merasa lebih saleh dari manusia lain. Sebab, semua manusia berawal dari Allah SWT, dan akan kembali kepada-Nya. Hal ini sekaligus menghanguskan kemuliaan semu berdasarkan ras, jenis kelamin, keturunan, harta, jabatan, dan sebagainya. Firman Allah SWT, Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa. (QS Alhujurat: 13 )
Umat Islam, tentunya tidak asing dengan kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha yang sering diceritakan ustadz atau mungkin orang tua. Kisah tentang kesalehan Yusuf yang mempunyai kesempatan untuk maksiat, namun ditolaknya.
Baca juga: Balasan untuk Orang Bersabar​
Padahal, bekal wajah yang rupawan itu telah membuat Zulaikha gelap mata. Kisah ini, juga yang akhirnya menjadi pengingat manusia untuk menekan syahwatnya dan senantiasa bersabar.
Syekh Muhammad Nawawi ibnu Umar al-Jawi dalam kitabnya Nashaih al-"Ibad, seperti dikutip Sahijab dari Republika.co.id, menyebut kisah Yusuf memiliki hikmah tentang pengendalian nafsu dan sabar yang harus diikuti.
Dia menyebut sebuah kalimat bijak Arab, yang artinya: "Sesungguhnya syahwat itu bisa menurunkan derajat seorang raja menjadi budak. Dan, kesabaran itu dapat mengangkat derajat seorang pembantu menjadi seorang raja. Tidakkah Anda mengetahui kisah Yusuf dan Zulaikha?."
Imam Nawawi menjelaskan, syahwat merupakan keinginan dan kecintaan. Orang yang mencintai sesuatu akan menjadi budak apa yang dicintainya itu. Sedangkan kesabaran itu adalah ketabahan yang dengannya seseorang dapat mencapai apa yang diinginkannya.
Dalam kisahnya, Zulaikha seorang permaisuri raja tertarik kepada Yusuf yang merupakan seorang pembantu. Tapi dengan kesabaran, Yusuf dapat mengatasi segala tipu muslihat dan rayuan dari Ratu. Yang akhirnya, Yusuf yang tadinya hanya pembantu menjadi seorang raja, karena tidak mengikuti hawa nafsu sesaat.
Dalam sebuah pepatah Arab, Imam Nawawi menyebut: "Berbahagialah orang yang selalu dalam bimbingan akalnya, sementara hawa nafsunya selalu dalam kendalinya. Dan, celakalah orang yang selalu dikendalikan hawa nafsunya dan akalnya diam terkekan hawa nafsunya."
Baca juga: Doa agar Terhindar dari Hawa Nafsu Duniawi yang Berlebihan