• Photo :
        • Ilustrasi sahabat Rasulullah.,
        Ilustrasi sahabat Rasulullah.

      Sahijab – Bertolak belakang dengan keadaan ekonomi Utsman bin Affan ataupun Abdurrahman bin Auf radyallahuanhuma, Abu Dzar Al Ghifari adalah sosok sahabat yang semasa hidupnya miskin. Bahkan, di bawah garis yang di luar logika kemiskinan versi hari ini sampai akhir hayatnya. 

      Terlahir menjadi pemuda suku Ghifar, suku yang terkenal sebagai suku penyamun. Hidup mereka tergantung pada pungutan liar maupun hasil rampokan yang mereka ambil dari tiap kabilah yang melintas untuk berdagang, suku Ghifar bertempat di lembah waddan, yang terletak antara Mekah dan Syam, pusat lalu lintas perdagangan.

      Sejak muda, Abu Dzar sudah dikenal penyayang kaum dhuafa dan kepeduliannya mendarah daging. Bahkan, sering ia mengikuti kebiasaan jahiliyyah suku Ghifar yang merampok para kabilah yang melintas, tetapi kemudian hasil rampokan itu ia bagikan kepada kaum tidak mampu. Kebiasaannya di luar nalar kaum sukunya, tindakan yang menolong, tetapi tetap kebiasaan jahiliyyah.

      Baca juga: Kisah Ali bin Abi Thalib dalam Didikan Nabi​

      Kebiasaan ini berhenti, begitu ia memeluk Islam di Mekah. Perilaku mulia Rasulullah shollalahu alaihi wa sallam, serta indahnya ajaran Islam, membuatnya memeluk Islam seketika itu.

      Abu Dzar Al Ghifari pun tercatat menjadi orang kelima pertama yang masuk Islam saat itu, disebut juga assabiqunal awwalun.

      Abu Dzar Al Ghifari pernah ditanya Rasulullah shalallahu alaihi wassallam, “apa kamu tidak mau punya tanah seperti Zubair, Thoha? ”Lalu, Abuzar mengatakan, “apa pentingnya buat saya? Bahkan, menjadi pemimpin sekalipun tidaklah penting”.

      Maka, Abu Dzar menambahkan, “buat saya yang penting hari ini saya bisa minum air putih, sekali waktu susu saya minumnya, dan saya makan gandum setiap hari Jumat seminggu sekali”. Sederhana sekali keinginan sahabat mulia ini.

      Kemiskinan yang ada padanya, tidak membuat Abu Dzar absen dalam beramal. Tercatat, beliau selalu hadir pada setiap peperangan dan selalu mengamalkan dzikir yang diwasiatkan langsung oleh baginda Rasulullah shalallahu alaihi wassallam.

      Dari Abu Dzar ra, ia menceritakan, "aku pernah berkata pada Rasulullah Saw, 'wahai Rasulullah, berilah aku wasiat! Rasulullah Saw bersabda, 'hendaklah engkau bertakwa kepada Allah ta'ala, karena takwa adalah akar dari setiap urusan.'

      Aku berkata lagi, 'wahai Rasulullah, tambahkan wasiat untukku!' Rasulullah pun bersabda: 'hendaklah engkau membaca Alqur'an, karena sesungguhnya Al-qur'an itu nur (cahaya) bagimu di muka bumi dan bekal yang disimpan di langit". 

      Pada tahun 23 hijriah atau bertepatan dengan tahun 644 masehi, Utsman bin Affan rodhiallahu anhu diangkat menjadi khalifah ke-3, setelah Abu Bakar Ashidiq dan Umar bin Khattab rodhiallahu anhum.

      Prinsip hidup sederhana dan peduli pada sesama, tetap dipegang teguh Abu Dzar Al Ghifari di tempat baru yang ia tinggali, Damaskus, Suriah. Namun, di tempat baru ini ia menyaksikan gubernur Muawiyyah bin Abi Sufyan hidup dalam bermewah-mewahan.

      Melihat gaya hidup yang jauh berbeda dari prinsip kesederhanaan yang dipegangnya, membuat Abu Dzar tidak nyaman dan sering mengingatkan para penguasa dengan ayat-ayat ancaman akhirat di Alqur’an. Sang gubernur pun meminta khalifah Ustman bin Affan rodhiallahu anhu untuk memanggil Abu Dzar Al Ghifari kembali ke Madinah.

      Sesampainya di Madinah dan bertemu khalifah, ia pun meminta izin pada khalifah Utsman bin Affan rodhiallahu anhu untuk pergi dan menghabiskan sisa hidupnya di Rabadzah, yang merupakan padang tandus dan juga menjadi jalur perjalanan haji sampai akhir hayatnya.

      Baca juga: Nasihat Ulama soal Miskin tapi Sombong​

      Begitulah kisah Abu Dzar Al Ghifari radhiyallahuanhu, sahabat Nabi yang ditunggu Rasulullah shalallahu alaihi wassallam di surga, yang hidup dan ikhlas dalam kemiskinan. Sebab, kemiskinan baginya adalah pilihan hidup/.
      Kemiskinan bukan alasan untuk tidak beramal. Dengan kemiskinan, beliau tetap bersyukur, beramal sesuai dengan doa-doa dan dzikir yang diberikan Rasulullah shalallahu alaihi wassallam. Bukankah, sedikitnya harta berarti sebentar hisabnya di akhirat?

      Sumber: Klik KHAZANAH Islamic Newsletter/Selo Ruwandanu

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan