Sahijab – Ramadhan hanya tinggal hitungan hari. Meski pandemi sedang mendera, Ramadhan tetap perlu disambut dengan suka cita.
Ramadhan adalah bulan yang istimewa buat umat Islam. Di bulan itu, pahala ibadah dilimpahkan berlipat ganda. Bahkan tidur juga bisa dinilai sebagai ibadah. Ramadhan seperti menjadi bulan untuk bebersih hati dan fisik. Kita diingatkan untuk kembali meningkatkan keimanan dan ketakwaan, banyak bersyukur dan berbagi, dan melakukan ibadah yang hanya ada di bulan tersebut, yaitu berpuasa dan salat tarawih.
Tapi, perempuan punya periode menstruasi. Hal ini yang membuat perempuan kerap tak bisa menuntaskan ibadah Ramadhan dengan sempurna. Tapi hijabers tak perlu sedih, ada banyak amalan lain yang bisa dilakukan selain berpuasa dan salat tarawih. Soal pahala, serahkan pada Allah SWT. Bagaimana pun, melakukan kebaikan di bulan Ramadhan tetap memiliki nilai lebih dan pahalanya terus meningkat.
Berikut Sahijab sarikan enam amalan yang bisa tetap dilakukan oleh hijabers di bulan Ramadhan, meski sedang menstruasi. Yuk, disimak:
Membaca Alquran ketika haid memang masih menjadi kontroversi. Namun sebagian besar ulama mengharamkannya. Meski tak bisa membaca Alquran perempuan yang sedang menstruasi tetap diperbolehkan untuk mendengarnya. Hal ini didasari oleh hadist riwayat Ibnu Majah, yang berbunyi sebagai berikut:
Dari Aisyah Ra ia berkata “Rasulullah SAW meletakkan kepalanya di pangkuanku saat aku sedang haid dan ia membaca Al-Qur’an." (HR Ibnu Majah)
Baca juga: Hidup Sehat Seperti Rasul
Menuntut ilmu adalah salah satu amalan yang kerap disampaikan oleh Rasulullah. Bahkan salah satu hadist yang sangat terkenal tentang menuntut ilmu adalah yang berbunyi, "Tuntutlah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat."
Menuntut ilmu tak akan terhalang meski seorang perempuan sedang haid. Ia bisa tetap mendatangi majelis-majelis untuk menambah ilmunya. Apalagi di bulan Ramadhan, ketika semua amalan memiliki nilai pahala yang berlipat, maka tak perlu sedih ketika tak mampu berpuasa atau salat Taraweh.
Terdapat banyak sekali hadis yang menyebutkan keutamaan orang yang senang hati menuntut ilmu. Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahkan menyamakan mempelajari ilmu setara dengan membaca Alquran dan berdoa, sebagai berikut:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ مِنْ بَعْضِ حُجَرِهِ، فَدَخَلَ الْمَسْجِدَ، فَإِذَا هُوَ بِحَلْقَتَيْنِ، إِحْدَاهُمَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ، وَيَدْعُونَ اللَّهَ، وَالْأُخْرَى يَتَعَلَّمُونَ وَيُعَلِّمُونَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ، هَؤُلَاءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ، وَيَدْعُونَ اللَّهَ، فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ، وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ، وَهَؤُلَاءِ يَتَعَلَّمُونَ وَيُعَلِّمُونَ، وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ
“Dari Abdullah bin Amr, ia menceritakan bahwa suatu hari Rasulullah Saw masuk ke masjid. Di dalam masjid tersebut ada dua kelompok sahabat yang sedang berkumpul. Kelompok pertama sedang membaca al-Qur’an dan berdoa. Sementara kelompok kedua sedang belajar dan mengajar. Rasulullah Saw pun bersabda “Mereka semua berada dalam kebaikan, yakni mereka yang membaca al-Qur’an dan berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak Dia akan memberi (apa yang mereka minta) dan jika Allah berkehendak Dia akan menahannya dan (kedua) mereka yang belajar dan mengajar. Sesungguhnya aku diutus sebagai seorang guru. Kemudian Rasulullah Saw duduk dan bergabung bersama kelompok yang kedua.” (HR Ibnu Majah)
Sedekah di bulan Ramadhan masuk dalam kategori sedekah utama. Rasulullah SAW sudah menjamin hal tersebut, sebagaimana ia sampaikan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الصَّوْمِ أَفْضَلُ بَعْدَ رَمَضَانَ؟ فَقَالَ: شَعْبَانُ لِتَعْظِيمِ رَمَضَانَ، قِيلَ: فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ.
“Dari Anas, ia berkata: Rasulullah Saw ditanya “Puasa apakah yang lebih utama setelah Ramadhan? Rasulullah Saw bersabda (puasa di bulan) Sya’ban untuk mengagungkan Ramadhan, lalu sedekah apa yang paling utama? Sedekah di bulan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi).
Baca juga: MUI: Hindari Kerumunan untuk Hentikan Sebaran Virus adalah Ibadah
Perempuan yang sedang haid tak dihalangi untuk tetap berdzikir. Selain berdzikir, mayoritas ulama juga membolehkan perempuan yang haid untuk membaca wirid. Dengan demikian, meskipun masa haid berlangsung lama, ia tetap banyak mengingat Allah SWT. Jangan pula melewatkan untuk membaca bismillah dan doa dalam setiap kegiatan.
Selama haid, perempuan tetap boleh bersalawat untuk Nabi. Apalagi, nabi sudah menjamin melalui hadist yang diriwayatkan oleh HR Tirmidzi, umat yang banyak membaca salawat untuknya akan bersamanya di hari kiamat.
Rasulullah Saw bersabda, “Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca salawat kepadaku.” (HR Tirmidzi).
Perempuan yang sedang haid juga tetap bisa mendulang pahala puasa dengan memberi makan orang yang berbuka puasa. Melalui hadist yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Rasulullah memastikan hal tersebut. Begini bunyi hadistnya:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Rasulullah Saw bersabda “Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala dari orang yang berpuasa itu sedikitpun." (HR Tirmidzi).