• Photo :
        • Source : Republika,
        Source : Republika

      Empat hal tentang sholat Untuk sementara, keingintahuan Lukas hanya sebatas arti gerakan sholat bagi kebugaran fisiknya. Dia hanya bisa menilai, jika dilakukan lima kali sehari, tentu sholat akan menyehatkan tubuh.

      “Saya mengajak dia berdiskusi kecil tentang substansi sholat. Saya kemukakan beberapa saja yang mudah dipahaminya agar tidak terlalu membebani kognisinya, karena dia baru belajar bahasa Indonesia. Saya hanya menyampaikan beberapa hal,” tulis Nasrullah.  

      Nasrullah pun menjelaskan beberapa hal terkait sholat kepada Lukas. Pertama, kenapa sholat harus lima waktu. Kita hidup di bawah irama waktu yang tak menentu. Kadang ritme kita cepat, kadang lambat. Kadang kita lupa waktu jika bekerja, atau emosi sedang memuncak. Maka waktu sholat akan mengingatkan kita agar kembali menghadap Allah SWT, menyerahkan segala sesuatunya kepada Yang Mahamemiliki Waktu.

      Lihatlah, betapa Allah mengatur lima waktu sholat itu dengan sangat indah. Subuh ketika kita bangun, zuhur ketika kita sedang puncak-puncaknya bekerja, asyar saat tenaga kita mulai melemah. Lalu maghrib di waktu kita berkumpul dengan keluarga, dan isya sebelum kita meninggalkan semua aktivitas di hari itu. Luar biasa indahnya!

      Kedua, sholat tak hanya soal gerakan fisik. Mata batin kita juga bergerak mendekatkan diri kepada-Nya. Kita meninggalkan segala sesuatu yang bersifat duniawiyah. Ritual berwudhu adalah membersihkan diri agar batin kita lebih siap menghadap. 

      Jadi bukan hanya untuk kebersihan tubuh semata-mata. Gerakan takbiratul ihram, rukuk, sujud tak semata-mata berolahraga, tetapi membuat irama hati sebab sesungguhnya kita amatlah kecil di hadapan Yang Maha Akbar.

      Ketiga, tidak ada status sosial yang melekat dalam sholat. Islam mengajarkan agar sebelum sholat berjamaah shaf-shaf diluruskan, dirapatkan. Ini bermakna, sesungguhnya Islam itu rapi dan terorganisasi mengikuti pemimpin (imam)-nya. Islam bukan sebuah crowded group atau kelompok kerumunan yang terpecah-pecah dan bicara sendiri-sendiri. Meski demikian, tak ada status sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah.

      Berita Terkait :

      Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.

  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan