• Photo :
        • Penyelenggaraan Ibadah Haji 1440H/2019,
        Penyelenggaraan Ibadah Haji 1440H/2019

      Sahijab – Tahun ini, pemerintah Arab Saudi hanya memperbolehkan mereka yang tinggal di sana untuk melakukan ibadah haji. Padahal sebelum pandemi, penduduk Mekah akan menyambut para jemaah haji dari seluruh dunia dan membentuk ikatan dan persahabatan yang langgeng.

      "Kami membuka hati kami di depan pintu kami untuk mereka," kata Noura Al Ahmadi yang berasal dari Madinah, dikutip Sahijab dari About Islam. Seperti keluarga Al Ahmadi, penduduk Makkah yang memiliki bangunan bertingkat, biasa membuka pintu bagi para jemaah dan umat Islam.

      Selain Noura ada juga Fatimah Mohamed Soror, yang juga tumbuh dengan tradisi menjamu para jemaah haji di rumah empat lantai mereka di Al Falaq, hanya 10 menit berjalan kaki dari Masjidil Haram.

      Baca Juga: Kian Marak, Ini Pengertian Nikah Misyar dan Apakah Ilegal?

      "Loteng memiliki dua kamar, dapur kecil dan kamar mandi," kata Fatimah. "Kami akan memindahkan semua barang kami ke lantai dasar dan menguncinya di satu ruangan; maka tiga lantai akan disewakan," tambahnya.

      Dengan perluasan Masjidil Haram selama bertahun-tahun, rumah-rumah terakhir di sekitarnya dihancurkan pada perluasan tahun 2008. Ibadah haji melambangkan konsep-konsep penting dari iman seseorang, untuk memperingati cobaan atas Nabi Ibrahim dan keluarganya.

      Setiap Muslim dewasa berbadan sehat yang mampu secara finansial, harus melakukan ibadah haji setidaknya sekali seumur hidup.

      Persahabatan Abadi

      Interaksi yang intens dengan para peziarah, dan menjamu orang-orang dari semua lapisan masyarakat, telah membentuk komunitas penduduk Makkah.

      "Tumbuh di Mekah seperti berada di Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata Dr. Hussain Ghanam, yang tumbuh dan besar dengan berbagai etnis dan budaya.

      Haji juga membuat penduduk Mekah lebih terbuka dengan orang-orang baru, dan menerima hal-hal baru yang tidak ada sebelumnya.

      "Misalnya, itu berdampak pada masakan kami – masakan  Mekah  sekarang termasuk masakan India, Bukhari dan Indonesia," lanjutnya.

      Meskipun bertahun-tahun telah berlalu, banyak penduduk Mekah masih mengingat hadiah yang biasa dibawa oleh para jemaah dari negara asal mereka. Ada yang memberikan sebagian kepada tuan rumah, dan ada juga yang menjual sisanya di jalanan kota Mekah.

      Baca Juga: Tarian Perang 'Taasheer' yang Terus Dilestarikan di Arab Saudi

      Al Ahmadi secara khusus mengingat hadiah-hadiah tersebut.

      "Orang Indonesia dulu memakai sarung. Saya juga ingat seorang wanita Mesir yang biasa membelikan saya pakaian katun, itu adalah katun kualitas terbaik yang pernah saya dapatkan," tegasnya.

      "Mereka mencintai kami, dan kami juga mencintai mereka," lanjut Al Ahmadi.

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan