Namun, setelah delapan hari menggunakan jilbab, ia dirasuki keterkejutan. Ada hal positif yang ia peroleh. ‘’Saya tak dapat menjelaskannya. Tapi, orang-orang sangat membantu saya, terutama ketika di toko,’’ ungkap Rhodes.
Esther Dale (28), penganut Mormon dari Kalifornia, juga mencoba berjilbab. Ia tahu stigma terhadap hijabi. Menurut Dale, ini kesempatan baginya membantu menghapusnya. Ia menyatakan, ini tentang perilaku yang santun bukan sekadar sepotong pakaian. “Jadi, jelas salah asumsi yang mengatakan perempuan memakainya kalau dipaksa,’’ katanya menegaskan.
Di Amerika Serikat, pada 2013 itu, tawaran mahasiswi Muslim di Eastern Michigan University, Amerika Serikat (AS), mendapat sambutan. Rekan mereka yang non-Muslim bersedia mencoba sehari mengenakan jilbab. Merasakan pengalaman bagaimana mengenakan busana Muslimah itu. “Saya tercerahkan melalui pengalaman. Saya senang melakukannya,” kata seorang mahasiswi non-Muslim, Emily Chadwick.
Menurut Chadwick, ia gembira dapat menikmati pengalaman budaya lain. Lain lagi kisah Mariah Brito. Ia mengatakan, ada populasi Muslim besar di Michigan. “Tak ada orang yang merasa aneh melihatku mengenakan jilbab,” jelas Brito.
Ada sejumlah teman yang kurang akrab melihatnya dengan wajah kurang bersahabat. Namun, kata Brito, saat mereka tahu apa yang ia lakukan, akhirnya mereka paham mengapa ia mengenakan jilbab di kampus.
Disclaimer: Semua artikel di kanal Sindikasi ini berasal dari mitra-mitra Viva Networks. Isi berita dan foto pada artikel tersebut di luar tanggung jawab Viva Networks.