Takmir masjid sigap. Diumumkanlah agar jamaah tetap menjaga jarak. Tidak boleh menggerombol. Lebih baik kembali ke tempat salat masing-masing. Menunggu hujan reda sambil membaca Alquran.
Seruan itu ditaati. Semua kembali ke tempat salat. Membaca Alquran lewat layar ponsel masing-masing.
Setelah hujan reda terlihat lagi kekurangan: orang bergerombol untuk mencari sandal/sepatu masing-masing.
"Kami menemukan kelemahan itu. Kami akan atasi," ujar Helmy Noor, pengurus Masjid Agung Surabaya.
Helmy adalah alumni Pondok pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang. Lalu melanjutkan ke Sospol Universitas Darul Ulum, juga di Jombang.
"Jumat depan masing-masing jamaah membawa kantong plastik. Sandal/sepatu dimasukkan kantong. Ditaruh di sebelah masing-masing," ujarnya.
Ide itu mengingatkan saya ketika ke pusat Budha Tzu Chi di Hualien, pantai timur Taiwan. Semua orang juga harus melepas sepatu. Tapi takmirnya menyediakan kantong kain.