Sahijab – Sejatinya saat menyaksikan atau mendengarkan sesuatu, ada baiknya berniat untuk selalu memetik hikmah atau pelajaran hidup. Seperti saat nonton film drama Korea, yang bikin baper banget “Its Okay Not to be Okay”.
Dalam film tersebut dikisahkan, ada begitu banyak orang dengan kisah masa lalunya yang kelam, traumatis, dan penuh guncangan. Subhanallah. Tak pelak, peristiwa-peristiwa buruk bisa mengubah jiwa seseorang menjadi tidak stabil dan cenderung tak bahagia.
Baca juga: Bromance Ala Moon Tae Brothers
Di film ini, semua tokoh dengan segala pengalaman hidup yang buruk, diobati dalam sebuah rumah sakit bernama OK Hospital. Kebanyakan dari mereka juga berangsur sembuh dan menjadi normal lagi.
Sebenarnya, dalam Islam ada juga lho tentang penyakit jiwa ini. Kebanyakan identik dengan sifat tercela (al-akhlaq al-mazmumah) seperti sifat tamak, dengki, iri hati, arogan, emosional, dan seterusnya.
Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi, membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’), marah (al-ghadhab), malas dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), selalu cemas atau was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus atau tamak (tama’), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), iri hati (al-hasd wal hiqd).
Beberapa sifat buruk tersebut, ada korelasinya jika dianggap sebagai penyakit jiwa, karena dalam kesehatan mental (mental hygiene) sifat-sifat tersebut merupakan indikasi dari penyakit kejiwaan (psychoses).