Sahijab – Kita saat ini, tengah menjalani masa-masa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di mana, tahun ini berjalan tidak seperti yang kita inginkan. Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, memaksa sebagian orang mengalami kesulitan dalam mencari nafkah dan terpaksa berutang untuk bertahan hidup.
Namun, semendesak apa pun kebutuhan manusia, tak lantas membuat mereka harus memilih meminta selain kepada Allah atau musyrik (menyekutukan Allah). Hal ini, selain tidak dibenarkan, juga akan merusak kapasitas diri seorang hamba.
Ibnu Athaillah dalam kitabnya Al-Hikam, seperti dikutip Sahijab dari Republika.co.id berkata: “Maa thalaba laka syai-un mitslul-idhthaari wa laa asra’u bil-mawahibi mitslu ad-dzallati wal-iftiqari,”. Yang artinya: “Tak ada yang lebih mendesakmu selain hadirnya kesulitan, dan tak ada yang lebih cepat menghadirkan pemberian-pemberian Allah kecuali rasa hina dan rasa butuh darimu.”
Baca juga: Mengeluh Menurut Islam, Aa Gym: Tanda Kufur Nikmat
Beliau berpendapat, memang tiada hal yang lebih mendesak dalam kesulitan. Sebab, sejatinya kebutuhan mendesak seorang hamba merupakan sifat khusus ubudiyah-nya kepada Allah SWT. Dalam kata lain, permintaan terbaik adalah di saat hadirnya kesulitan atau kebutuhan mendesak.
Kebutuhan mendesak ini, dijelaskan Ibnu Athaillah, sebagai sikap menampakkan kefakiran yang sangat. Sehingga, hal itu berkonotasi bahwa apabila seorang hamba tak memiliki daya dan upaya apa pun, serta tidak memiliki satu pun sebab yang bisa dijadikan sandaran untuk mendapatkan solusi, itulah keterdesakan.
Kondisi mendesak itu, diibaratkan sebagai orang yang tenggelam di laut atau orang yang tersesat di hutan. Maka demikian, Ibnu Athaillah menegaskan, dalam kondisi seperti itu tidak akan ada siapa pun yang dapat membantu kecuali Allah semata.