Sahijab – Allah SWT menyukai orang-orang yang bertobat. Imam Nawawi al-Bantani dalam Nashaih al-Ibad, menuliskan sebuah hadis riwayat Abu Abbas.
"Allah lebih senang pada tobatnya seorang hamba yang bertobat melebihi senangnya orang haus yang menemukan air, atau orang mandul yang memiliki anak, atau senangnya orang yang kehilangan barang lalu menemukannya. Maka, barang siapa yang bertobat kepada Allah dengan tobat nasuha, Allah akan membuat lupa para malaikat yang menjaganya, anggota tubuhnya, serta bumi yang dipijaknya atas dosa dan kesalahan yang telah dia lakukan."
Dalam surat At-Tahrim ayat ke-8, Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat nasuha (taubat yang semurni-murninya)."
Baca juga: Pasang Susuk di Dukun Lalu Tobat, Apakah Harus Dikeluarkan dari Tubuh?
Tobat bagi seorang hamba bukan sekadar meminta ampunan, lebih dari itu ada banyak hikmah dan rahasia di balik anjuran bertobat.
Ada tiga cara untuk memaknai tobat, seperti Sahijab dikutip dari Republika.co.id:
Allah mencipta dan memelihara manusia dengan landasan rasa kasih sayang. Allah SWT berfirman:
"Segala puji bagi Allah, Rabb (pencipta dan pemelihara) alam semesta, Yang Mahapengasih dan Penyayang." (QS Al-Fatihah [1]: 2-3)
Salah satu bukti kasih sayang Allah terhadap manusia adalah menganugerahi berbagai macam nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Bahkan, terhadap orang yang berlumur berdosa sekalipun.
Allah SWT pun terus menerus membukakan pintu ampunan bagi mereka asal ia bertobat. Dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman:
"Wahai manusia, sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa seisi bumi, kemudian kamu bertemu Aku dengan dalam keadaan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku datang kepadamu dengan membawa ampunan seisi bumi pula." (HR Tirmidzi)
Setiap orang membutuhkan istirahat. Perjalanan hidup sering membuat jiwa sesak dan penat.
Tobat adalah sarana yang tepat untuk berhenti sejenak dari berbagai aktivitas, menjernihkan pikiran, mengevaluasi perjalanan yang telah ditempuh dan mengingat-ngingat kembali cita-cita, misi atau tugasnya di muka bumi ini. Karena itu, Rasulullah SAW menyempatkan diri untuk bertobat seratus kali setiap hari. Dalam hadits lain dikatakan tujuh puluh kali.
Jiwa manusia memiliki dua kecenderungan, yaitu kecenderungan berbuat baik dan kecenderungan berbuat jahat. Keduanya silih berganti menguasai jiwa. Ketika ia berbuat baik, tercerahkanlah jiwanya. Hati pun menjadi sehat dan bersih. Tapi ketika berbuat jelek, kotorlah jiwanya.
Menurut Rasul, ketika seseorang berbuat jelek, hatinya ternoda dengan satu titik hitam. Saat berulang kali melakukan perbuatan jelek, semakin banyak pula titik hitam itu, sehingga hitamlah jiwa. Tobat adalah sarana terbaik untuk mensucikannya kembali.
Baca juga: Istighfar, Doa Mohon Ampun yang Penuh Keutamaan dan Dinanti Allah SWT