Sahijab – Perjalanan hidup manusia itu, tentunya berbeda-beda. Ada yang terlihat selalu diselimuti keberuntungan dan kemilau kebahagiaan. Sebaliknya, ada yang merasa selalu dirundung duka dan nestapa.
Ada yang bekerja keras sekuat tenaga tak selalu seberuntung, bahkan sering kali kalah oleh mereka yang santai dan berleha-leha saja. Yang baik, malah seringkali tersingkir oleh mereka yang penuh muslihat dan tipu daya, yang berjasa dan tulus mengabdi pun dilupakan, yang penjilat malah dipuja-puja.
"Semua itu kadang sering menyesakkan dada. Tetapi, bukankah hidup tak lebih dari menjalani skenario Ilahi?" ujar Pimpinan Majelis Talim dan Zikir Baitul Muhibin, Habib Abdurrahman Asad Al-Habsyi dalam tausiyah virtualnya, seperti dikutip Sahijab dari Republika.co.id.
Baca juga: Apakah Penduduk Negeri Ini Aman dari Azab Allah?
Bukankah, kata Habib Abdurrahman, Allah suka dengan hamba-Nya yang ridho dan ikhlas menjalani lakon hidup yang harus dilakoninya?
Salah satu syarat mencapai rasa aman, adalah adanya ketenangan hati yang hanya didapat bila kita dekat dengan Allah. Ada orang yang merasa tidak aman, walaupun dirinya dalam situasi nyaman dan tenteram. Sebaliknya, ada orang yang merasa tenang, tidak gelisah, walaupun situasi genting dan resah.
"Saat kita berada dalam situasi tidak tenang dan penuh kecemasan, maka hanya kepada Allah sajalah kita mengharapkan rasa aman dan ketenangan. Hanya dengan keimanan yang kuat kepada-Nya, hati ini menjadi tenang," katanya.