Ketika seseorang mengalami depresi berat, berkhotbah kepada mereka tentang kesabaran tidak selalu membantu. Memberi tahu mereka bahwa orang lain lebih buruk, bisa jadi malam memberi dampak yang berlawanan dengan efek yang diinginkan. Misalnya, membuat mereka malah merasa bersalah dan egois daripada bersyukur.
Ajaklah orang-orang tersebut untuk mengingat hadist di bawah ini. Sebab, bisa jadi ini mungkin lebih membantu karena menegaskan fakta bahwa perasaan seperti itu normal dan menyediakan sumber yang valid untuk diandalkan dan dihubungkan. Bunyi hadist tersebut adalah sebagai berikut:
Diceritakan oleh Anas bin Malik: Nabi (SAW) bersabda, “Tidak ada dari kalian yang menginginkan kematian karena musibah menimpanya; tetapi jika dia harus mengharapkan kematian, dia harus berkata: “Ya Allah! Biarkan aku tetap hidup selama hidup lebih baik bagiku, dan biarkan aku mati jika kematian lebih baik bagiku. '"(Sahih al-Bukhari)
Di luar intervensi agama tentunya hanya Allah yang akan menyembuhkan orang tersebut. Tapi, menurut Hannah, sangat perlu membahas aspek-aspek lain yang relevan dengan masalah yang dihadapi calon pelaku. Hannah menyarankan untuk menjalani beberapa pilihan pengobatan, termasuk meredakan gejala fisiologis, dan konseling untuk menangani aspek psikologis.
Misalnya, minum obat antidepresan yang cukup menenangkan aspek fisiologis depresi untuk menempatkan orang tersebut dalam ruang mental terbaik untuk mencari konseling dan intervensi agama yang akan memungkinkan mereka untuk menangani masalah tersebut pada tingkat yang lebih dalam, yaitu tingkat di mana mereka dapat mengelola depresi mereka tanpa pengobatan, mempromosikan pendekatan yang lebih holistik untuk pengobatan penyakit mental.
Lebih sering, masyarakat tidak menyadari masalah ini karena penyandang gangguan jiwa tetap diam karena menghadapi stigma. Alhasil, langkah besar yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesadaran.