• Photo :
        • Ilustrasi puasa.,
        Ilustrasi puasa.

      Sahijab – Umat Islam disunahkan berpuasa hari Senin dan Kamis. Sebab, ganjarannya adalah surganya Allah Subhanahu wa ta'ala.

      Baca juga: Cara Melaksanakan Puasa Syawal

      Menurut Kiai Syamsul Yakin, alasannya seperti sabda Nabi SAW, “Pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis.” (HR. Muslim). Tidak hanya itu, amal kebajikan manusia dihadapkan oleh malaikat ke hadapan Allah SWT pada hari Senin dan Kamis. “Sebagai upaya prepentif, seyogyanya pada kedua hari itu kita berpuasa,” ujarnya, seperti dikutip Sahijab dari Republika.or.id, Senin 6 Juli 2020.

      Nabi SAW memberi informasi, “Berbagai amalan dihadapkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan pada saat aku sedang berpuasa.” (HR. Turmudzi). Seperti halnya Nabi SAW, kita juga ingin puasa pada kedua hari itu dilaporkan kepada Allah SWT, sehingga kita beroleh pahala surga.

      Sejatinya pahala puasa secara umum, Allah SWT sendiri yang membalasnya, baik puasa sunah seperti puasa Senin Kamis, puasa Ayyamul Bidh, puasa Nabi Daud, atau juga puasa wajib. Nabi SAW bersabda, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat.

      Allah  SWT berfirman, “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan, dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena Aku." (HR. Muslim). Puasa memang amal istimewa. Bagi kita, puasa terasa berat dalam pelaksanaannya, terutama puasa Senin Kamis. Maka, wajar kalau berpahala besar.

      Secara fisiologis, menurut Kiai Syamsul, orang yang berpuasa akan memperoleh hormon kebahagiaan atau endorfin saat berbuka. Hal ini, seirama dengan sabda Nabi SAW, “Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Tuhannya.” (HR. Muslim).

      Inilah “pahala psikologis” puasa Senin Kamis. Untuk itu, siapa saja yang ingin hari-harinya bahagia dapat terus memproduksi hormon endorfin dengan cara berpuasa Senin Kamis. Tak hanya itu, bagi yang berpuasa Senin Kamis, hari-harinya diliputi harapan. Karena, pada saat Magrib menjelang, ada harapan berbuka puasa.  

      Bagi Nabi SAW sendiri, puasa Senin dan Kamis memiliki dimensi historis. Bersumber dari Qatadah al-Anshari, Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin. Lalu, Nabi SAW menjawab, “Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim).

      Kiai Syamsul menjelaskan, amaliah puasa Senin Kamis, bukan satu paket yang tidak bisa dipisah. Untuk tahap awal, seseorang boleh memilih berpuasa pada hari Senin atau Kamis. Nabi SAW mengajarkan, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Muslim). Setelah terbiasa dapat berpuasa pada kedua hari itu.

      Selain itu, secara sosiologis, puasa Senin Kamis dipandang dapat memelihara rasa simpati dan empati kepada yang kurang beruntung. Sehingga, mendorong seseorang untuk meningkatkan jiwa filantropi kepada sesama. Diharapkan puasa Senin Kamis dapat memperkecil jurang pemisah antara yang kaya dan miskin.

      Dalam konteks biologis, tubuh kita juga sejatinya perlu istirahat. Misalnya organ pencernaan. Puasa sunah Senin Kamis dipercaya dapat memperbaiki, memelihara, bahkan menyembuhkan organ pencernaan. Sistem kinerja pencernaan yang prima di dalam tubuh manusia didapat dengan didawamkannya puasa Senin dan Kamis ini.

      Baca juga: UAS: Enam Amalan Anak untuk Orang Tua yang Meninggal​

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan