• Photo :
        • Ilustrasi orang sedang malas.,
        Ilustrasi orang sedang malas.

      Sahijab – Sejatinya saat menyaksikan atau mendengarkan sesuatu, ada baiknya berniat untuk selalu memetik hikmah atau pelajaran hidup. Seperti saat nonton film drama Korea, yang bikin baper banget “Its Okay Not to be Okay”. 

      Dalam film tersebut dikisahkan, ada begitu banyak orang dengan kisah masa lalunya yang kelam, traumatis, dan penuh guncangan. Subhanallah. Tak pelak, peristiwa-peristiwa buruk bisa mengubah jiwa seseorang menjadi tidak stabil dan cenderung tak bahagia. 

      Baca juga: Bromance Ala Moon Tae Brothers 

      Di film ini, semua tokoh dengan segala pengalaman hidup yang buruk, diobati dalam sebuah rumah sakit bernama OK Hospital. Kebanyakan dari mereka juga berangsur sembuh dan menjadi normal lagi.

      Sebenarnya, dalam Islam ada juga lho tentang penyakit jiwa ini. Kebanyakan identik dengan sifat tercela (al-akhlaq al-mazmumah) seperti sifat tamak, dengki, iri hati, arogan, emosional, dan seterusnya. 

      Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi, membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’), marah (al-ghadhab), malas dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), selalu cemas atau was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus atau tamak (tama’), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), iri hati (al-hasd wal hiqd). 

      Beberapa sifat buruk tersebut, ada korelasinya jika dianggap sebagai penyakit jiwa, karena dalam kesehatan mental (mental hygiene) sifat-sifat tersebut merupakan indikasi dari penyakit kejiwaan (psychoses). 

      Dalam Islam, untuk menanggulangi penyakit-penyakit kejiwaan adalah dengan terapi iman. Ini dilakukan dengan menambah keimanan seseorang untuk menyadari bahwa hidup di dunia hanyalah sementara dan hanya permainan saja. Sebagaimana Allah berfirman :

      "Dan, apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia ia berpaling dan menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a". (Q.S. Fusilat: 51). 

      Terapi iman tentu bisa dilakukan siapa saja ya sahabat Sahijab. Diawali  dengan kemantapan niat akan menggiatkan diri dengan ibadah, rajin membaca Alquran, memperbanyak sholat, sedekah, dan amalan baik lainnya. 

      InsyAllah jiwa ini tak pernah hampa atau terganggu, melainkan bahagia, karena yakin Allah bersama kita. Yakinlah bahwa kehidupan setelah di dunia yang fana ini, akan dijanjikan kepastian-NYA dengan kehidupan yang jauh lebih baik. Amin YRA.

      “Maka, berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukannya kepadamu apa yang telah kamu peraselisihkan”. (Q.S. al-Maidah: 48).

      Baca juga: Hati-hati, 5 Hal Ini Bisa Jadi Penghalang Terkabulnya Doa​

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan