• Photo :
        • Ilustrasi Penceramah atau Ulama,
        Ilustrasi Penceramah atau Ulama

      Sahijab – Nasib orang-orang yang berlawanan dengan penguasa itu tidak mengenakan. Mereka selalu ditindas. Lihatlah banyak alim ulama, mereka tidak memiliki posisi apa pun, tetapi mereka menjalani hidup dengan cacian dan siksaan. 

      Imam Ahmad bin hambal, misalnya, sempat merasakan penjara dan siksaan dari penguasa, karena mengeluarkan fatwa yang bertentangan dengan penguasa yang berfaham Mu'tazilah yang menganggap Alquran adalah makhluk.

      Begitu juga, yang dialami Ibnu Taimiyyah. Ia ditangkap oleh penguasa, kemudian dijebloskan ke penjara, setelah mengeluarkan fatwa larangan untuk berziarah ke masjid dan kuburan, kecuali masjidil haram, masjidil nabawi, dan baitul maqdis, sebagaimana disebutkan dalam sabda nabi, karena aktivitas ziarah yang dilakukan kaum muslimin saat itu mengalami banyak penyimpangan akidah dan berkembangnya kesyirikan.  

      Baca juga: Bukan Kematian Ulama yang Dikhawatirkan, Tapi...​

      Selama di dalam penjara, Ibnu Taimiyyah dilarang untuk menulis, kecuali hanya membaca Alquran, berzikir dan sholat. Beliau menghembuskan napas terakhir di atas sajadah, saat tengah membaca Alquran.

      Allah ta’ala mengangkat derajat para ulama, seperti disebutkan dalam Alquran, yang artinya, “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali 'imran: 18)

      Imam Al Qurtubi mengatakan bahwa ayat ini merupakan dalil keutamaan ilmu dan kemuliaan para ulama. Seandainya adalah seseorang yang lebih mulia dari ulama, pasti Allah menyebutkannya bersama-sama dengan nama-Nya dan para malaikat. Seandainya saja ada sesuatu yang lebih mulia dari ilmu, pasti Allah telah menyuruh nabi-Nya untuk meminta tambahan dari-Nya, sebagaimana Allah menyuruhnya untuk meminta tambahan ilmu.

      Para ulama adalah pewaris para Nabi, seperti disebutkan dalam sabdanya, “sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, namun mereka hanya mewariskan ilmu. Maka, siapa saja yang mengambil ilmu itu sungguh ia telah mengambil bagian yang melimpah.” (HR ibnu majah)

      Penghormatan besar dan kedudukan luhur yang diperoleh para ulama, merupakan amanah yang berat. Semakin tinggi ilmunya, semakin besar pula azab Allah, jika ia tidak mengamalkan ilmunya. Ilmu yang dimilikinya, bukanlah tangga untuk meraih tujuan yang rendah seperti untuk mendekatkan diri kepada penguasa dan membeli dunia dengan agama.

      Fitnah penguasa merupakan salah satu fitnah dan bencana terbesar yang dihadapi seorang ulama, karena itu para ulama dilarang untuk mendekati pemerintah yang zalim, apalagi bekerja sama dengannya. Inilah peringatan keras Allah Ta’ala. dalam surat Hud. ayat 113, “dan, janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim, yang menyebabkan kamu disentuh api neraka….”

      Sumber: Klik KHAZANAH Islamic Newsletter/Kholis Bakri

      Baca juga: Pendapat Ulama dan Hukum Musik dalam Islam​

      Berita Terkait :
  • Trending

    Obrolan

Jangan Lewatkan