Dia kemudian melanjutkan perjalanan ke Turki, dan akhirnya sampai di Konstantinopel. Di kota itu, Ibnu Battutah menyempatkan diri mengunjungi Hagia Sophia. Setelah beberapa bulan singgah di Konstantinopel, Ibnu Battutah meneruskan perjalanan menuju India, dan akhirnya tiba di kota Delhi pada 1334, dan karena kelihaiannya, ia mendapat amanah sebagai hakim.
Di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad Tughluq, di tahun 1341, Sultan mengirimnya ke China sebagai utusan. Perjalanan Ibnu Battutah ternyata tak mulus dan banyak terjadi perhadangan. Ia bahkan sempat terdampar di Maladewa (Maldives). Ia sempat singgah sejenak di Sri Lanka, kemudian menumpang kapal dagang melalui kawasan Asia Tenggara.
Pada tahun 1345, setelah empat tahun meninggalkan India, Ibnu Battutah akhirnya tiba di daratan China, tepatnya di pelabuhan Quanzhou.
Setelah dari Cina, Ibnu Battutah akhirnya kembali ke kampung halamannya di Maroko, Pada tahun 1349, dia tiba di tempat kelahirannya di Tangier. Namun tak lama, ia kembali menjelajah ke Spanyol.
Dari Spanyol, dia kemudian melanjutkan perjalanan ke Timbuktu, yang berada di wilayah Kekaisaran Mali di Gurun Sahara.
Ibnu Battutah tiba di Kerajaan Samudera Pasai, yang merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara, setelah berlayar selama 25 hari dari Barhnakar (sekarang masuk wilayah Myanmar)