Dalam catatan perjalanannya, Ibnu Battutah menggambarkan Samudera Pasai sebagai kota besar yang sangat indah, dengan dikelilingi dinding dan menara kayu.
Perdagangan di daerah itu juga sangat maju, ditandai dengan penggunaan mata uang emas.
Namun yang lebih membuat takjub sang penjelajah itu adalah sosok pemimpin yang saat itu memerintah Samudra Pasai, Sultan Malikul Dhahir.
Sepanjang perjalanannya yang menakjubkan itu, Ibnu Battutah tidak pernah menulis cerita atau pengalaman yang dia alami secara langsung. Namun, ketika pulang ke Maroko pada 1354, Sultan di negeri itu memerintahkannya untuk mengumpulkan dan menceritakan kisah perjalanannya.
Selama setahun berikutnya, Ibnu Battutah menghabiskan waktu menceritakan perjalanannya kepada seorang penulis bernama Ibnu Juzayy. Tak banyak yang diketahui setelah itu.