Jakarta – Dr. Riyan Hari Kurniawan, Sp.OG, Subsp. FER, dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, menyatakan bahwa obesitas dapat menyebabkan gangguan hormonal yang berdampak pada ketidakteraturan pola haid.
“Salah satu yang menjadi penyebab mens tidak teratur dari pengalaman kami banyaknya gangguan hormonal di usia remaja atau usia muda itu karena problem overweight (kelebihan berat badan) atau obesitas,” kata Riyan dalam diskusi kesehatan, dikutip dari Antara, Rabu, 18 Oktober 2023.
Riyan menyebutkan bahwa penyebab ketidakteraturan haid dapat dikenali melalui pemeriksaan USG oleh dokter kandungan.
Hasil USG bisa menunjukkan adanya benjolan seperti miom atau penebalan di rahim, yang kemudian dapat diatasi dengan penipisan dinding rahim atau pengobatan lainnya.
Jika tak ditemukan tanda-tanda tersebut, kemungkinan besar haid tidak teratur akibat gangguan hormonal, sering kali karena berat badan yang berlebih.
Untuk menyeimbangkan hormon, pasien biasanya disarankan mengurangi asupan makanan kaya karbohidrat dan garam serta meningkatkan konsumsi makanan berfiber tinggi.
“Misalnya makanan-makanan yang tinggi serat, tinggi protein, kemudian kita hindari makanan yang tinggi karbohidrat kompleks, kemudian tinggi lemak jenuh, tinggi garam, perbanyak sayur, perbanyak buah, menambah aktivitas fisik misalnya,” ucap Riyan.
Lebih lanjut, Riyan menyebutkan bahwa kisaran normal siklus haid setiap bulan adalah antara 24 hingga 38 hari, dengan durasi haid dalam satu bulan tidak lebih dari 8 hari. Volume darah haid yang normal bisa dilihat dari frekuensi penggantian pembalut.
Jika seseorang harus mengganti pembalut lebih sering dalam sehari karena volume darah yang lebih banyak, atau jika durasi haidnya melebihi 2 minggu, menurut Riyan, itu menandakan adanya gangguan dalam pola haid.
“Misalnya perempuan ini menstruasinya normal, sebulan sekali kemudian lamanya juga normal 5 hari, tetapi, darahnya banyak setiap hari bisa ganti pembalut 5-6 kali. Ini juga termasuk dari gangguan pola haid,” ucap Riyan.
Bagi ibu yang baru saja melahirkan, pola haid bisa mengalami perubahan dan mungkin belum stabil selama beberapa bulan, terutama karena pengaruh proses menyusui.
Apabila seorang ibu menyusui dengan frekuensi yang tinggi, yakni sekitar delapan kali sehari atau setiap tiga jam, kemungkinan dia tidak akan haid selama enam bulan pertama. Akan tetapi, setelah periode menyusui berakhir, yaitu sekitar 1 atau 2 tahun, siklus haidnya diharapkan akan kembali seperti sebelumnya.
“Kalau setelah melahirkan setahun atau dua tahun siklus menstruasi tidak kembali ke normal, nah itu bukan pengaruh melahirkannya. Sebaiknya segera cek ke dokter untuk mencari tahu apa penyebab pastinya,” ucap dokter lulusan Universitas Indonesia itu.
Riyan menekankan bahwa wanita yang merasa ada gangguan pada siklus haidnya sebaiknya berkonsultasi ke dokter kandungan sebelum memutuskan untuk mengonsumsi obat atau minuman pelancar haid. Dokter dapat memberikan saran atau tindakan untuk meningkatkan pola hidup pasien.