Sahijab – Sebentar lagi, akan tiba waktunya puasa di bulan Muharram, atau puasa sunnah Asyura dan Tasu’a, yang dilakukan pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Tentunya, Umat Islam sangat dianjurkan untuk mengerjakan sunnah Rasulullah Nabi Muhammad SAW, di samping taat melaksanakan ibadah wajib.
Pakar ilmu tafsir dan hukum Islam, Prof. KH. Ahsin Sakho Muhammad, seperti dikutip Sahijab dari Republika.co.id, menceritakan sejarah awal mula puasa sunah Asyura dan Tasu"a. Berawal dari peristiwa Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekah ke Madinah pada Rabiul Awal. Setelah beberapa bulan di Madinah, Nabi melihat orang-orang Yahudi di Madinah, puasa Asyura pada 10 Muharram.
"Kemudian Nabi bertanya kepada mereka (orang-orang Yahudi), mengapa kamu berpuasa, mereka menjawab itulah hari di mana Allah menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dari kejaran Raja Firaun," kata Kiai Ahsin.
Baca juga: Puasa Sunnah di Bulan Muharram, Ini Tanggal dan Bacaan Niatnya
Ia menceritakan, pada 10 Muharram, Nabi Musa dan Bani Israil berhasil menyeberangi Laut Merah yang terbelah, setelah Nabi Musa memukulkan tongkatnya. Mereka, kemudian selamat dari kejaran pasukan dan Raja Firaun. Karena itulah, kaum Yahudi berpuasa pada hari Asyura atau 10 Muharram sebagai bentuk rasa syukur mereka.
Nabi Muhammad SAW, kemudian mengatakan kepada kaum Yahudi bahwa ia lebih berhak terhadap Nabi Musa daripada kalian Bani Israil. Nabi Muhammad SAW kepada kaum Yahudi, mengatakan dirinya yang melanjutkan tugas kenabian dari nabi-nabi terdahulu.
"Akhirnya, Nabi memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk berpuasa pada 10 Muharram," ujar Kiai Ahsin.