Melewatkan sarapan juga dapat berdampak pada keseimbangan kimia otak dan mood seseorang. Penurunan kadar gula darah dapat menyebabkan perasaan cemas, mudah marah, atau bahkan depresi pada beberapa orang.
Makanan yang dikonsumsi saat sarapan juga dapat mempengaruhi produksi neurotransmiter penting seperti serotonin, yang berperan dalam pengaturan suasana hati.
Ketika seseorang melewatkan sarapan, tubuh cenderung merespons dengan mengurangi laju metabolisme. Hal ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menghemat energi karena dianggap sedang dalam situasi "kelaparan".
Meskipun tujuan utama seseorang melewatkan sarapan adalah mengurangi asupan kalori dan mencapai penurunan berat badan, namun penurunan metabolisme dapat menghambat proses pembakaran kalori. Akibatnya, tubuh mungkin menjadi lebih cenderung menyimpan lemak dan sulit mencapai target penurunan berat badan.