Sahijab Tips – Mungkin masih sedikit yang mengetahui manfaat dan efek samping ikan patin, namun soal hasilnya setelah jadi makanan tentu sangat nikmat. Banyak sekali resep masakan yang menggunakan ikan patin, karena rasanya yang sangat lembut, gurih dan juga halus teksturnya.
Ikan yang banyak ditemukan di Asia Tenggara ini juga memiliki rasa yang ringan, manis, dan daging yang berair. Ikan patin juga merupakan sumber protein dan asam lemak omega-3 yang baik, sehingga baik untuk meningkatkan kesehatan jantung dan otak.
Namun, ada masalah yang mungkin tidak ada ketahui seperti efek samping yang terkait dengan praktik budidaya ikan patin. Pasalnya, ikan ini juga kerap dibudidayakan di air yang keruh seperti lele, di mana ikan ini sangat kuat terhadap lingkungan yang kotor.
Tapi ikan ini memiliki profil asam lemak yang mirip dengan spesies ikan air tawar lainnya. Juga mengandung asam linoleat, asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docosahexaenoic (DHA).
Baca Juga: Resep Ikan Pindang Patin Khas Sumatera Selatan Enak dan Nikmat
1. Meningkatkan kesehatan jantung
Asam lemak tak jenuh ganda omega-3 sangat bagus untuk jantung. Uji klinis telah menunjukkan bahwa EPA dan DHA dapat mengurangi risiko kematian terkait kondisi jantung. Asupan harian 0,5 hingga 1,8 g EPA dan DHA bermanfaat bagi kesehatan jantung. Dan ikan patin memiliki nutrisi yang satu ini.
DHA sangat penting untuk fungsi otak. Asupan DHA secara teratur dapat meningkatkan fungsi neurologis dan kognisi. Oleh karena itu, ini akan membantu Anda untuk tampil dan merasa lebih baik di siang hari.
EPA dan DHA mengurangi risiko gangguan mata inflamasi, seperti penyakit mata kering (DED) dan degenerasi makula terkait usia (AMD). Lemak omega-3 ini mengurangi peradangan dan melindungi mata.
Selain manfaatnya yang baik untuk kesehatan, ikan patin juga memiliki efek samping karena budidaya yang tidak sehat. Berikut di antaranya:
Sebuah studi menemukan jejak kontaminasi logam berat dan mikroba dalam fillet ikan patin beku yang diekspor ke Polandia, Ukraina, dan Jerman. Ditemukan bakteri Vibrio pada 70-80% fillet. Juga ditemukan Staphylococci pada 30% ikan swai yang diimpor ke Polandia. Hal ini dapat menimbulkan risiko kesehatan jika ikan dikonsumsi mentah atau setengah matang.
Karena praktik budidaya yang buruk, risiko kontaminasi logam berat tinggi pada ikan patin. Studi menemukan jejak kadmium, timbal, nikel, tembaga, dan merkuri di sebagian besar sampel ikan. Kontaminan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Daging ikan patin cepat rusak. Degenerasi oksidatif membran PUFA pada ikan menghasilkan malondialdehid (MDA) pada ikan. Toksin ini dapat menyebabkan resistensi insulin dan tekanan darah tinggi pada manusia.
Selama pemrosesan ikan, polifosfat sering ditambahkan ke filet ikan untuk meningkatkan kemampuan daging dalam mengikat air. Penyimpanan, penanganan, dan pengolahan ikan patin yang tidak tepat juga dapat mempercepat proses oksidasi dan menyebabkan pencemaran amonia.